Makalah: Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Berbantuan Smart Sticker untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik
PENERAPAN
MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING BERBANTUAN SMART STICKER UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK
MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Individu
Mata Kuliah Model dan Evaluasi Pembelajaran Sains
OLEH:
AMALLA RIZKI PUTRI
NIM. P2A519004
PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN IPA
PASCASARJANA UNIVERSITAS JAMBI
NOPEMBER, 2019
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Indonesia
saat ini telah memasuki era Revolusi Industri 4.0 dengan ditandai kemajuan
teknologi yang pesat. Dahulu orang tidak pernah berpikir membeli makanan atau
berbelanja dapat dilakukan sambil berbaring dirumah, bahkan nomor telfon yang
kita pakai juga dapat dijadikan sebagai nomor rekening. Perkembangan dunia abad
21 ditandai dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam segala
segi kehidupan. (Daryanto & Karim, 2017, h. 1)
Pendidikan
juga banyak berkembang seiring perubahan zaman. Pembelajaran dewasa ini tidak
hanya dilaksanakan secara konvensional tetapi juga melalui e-learning.
Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran tatap muka yang biasa ditemui
di sekolah-sekolah umum. Sedangkan pembelajaran e-learning merupakan
pembelajaran jarak jauh. Penggunaan kedua macam pembelajaran ini sering
dinamakan Pembelajaran Generasi Abad 21.
Sekolah
hanya menghabiskan waktu yang banyak untuk membuat peserta didik memberikan
jawaban yang benar dengan cara meniru daripada mendorong mereka untuk
memperluas pemikiran dengan membuat ide-ide baru sebelum membuat kesimpulan (Sapitri
dkk, 2016, h. 64). Peserta didik yang terbiasa meniru ini dinamakan konsumtif
karena kurang menggunakan pikirannya. Mereka hanya menghafal berulang-ulang apa
yang ia lihat. Untuk memperluas pemikiran hendaknya peserta didik diarahkan
untuk berpikir bagaimana memunculkan solusi, ini yang dikatakan produktif.
Pendidik
berkewajiban membentuk sifat produktif peserta didik. Untuk bisa membuat mereka
menjadi produktif, pendidik harus dapat memilih model pembelajaran yang cocok
untuk perkembangan peserta didik. Model pembelajaran merupakan langkah yang
dilakukan pada proses pembelajaran untuk memudahkan peserta didik dalam
memahami konsep demi tercapainya tujuan pembelajaran.
Model
pembelajaran Discovery Learning merupakan suatu pembelajaran berbasis
masalah yang berakhir dengan penemuan konsep oleh peserta didik. Pendidik
memberikan suatu masalah yang manipulatif, hal ini membuat peserta didik
memikirkan solusi untuk masalah yang diberikan oleh pendidik. Untuk memunculkan
solusi dituntut untuk berpikir dan menalar melalui ekspolasi. Ekspolari melalui
diskusi, eksperimen, maupun review literature. Setelah melakukan
eksplorasi selanjutnya peserta didik akan memunculkan konsep. Untuk menghindari
miss konsepsi, maka pendidik harus mendampingi proses eksplorasi dan
menyimpulkan yang dilakukan oleh peserta didik serta memberikan penguatan.
Berdasarkan
penelitian sebelumnya, model pembelajaran Discovery Learning berbantuan Smart
Sticker dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik. Model
pembelajaran berbasis penemuan dapat melatih peserta didik berpikir kritis,
akan tetapi tidak banyak peserta didik yang berpartisipasi dalam pembelajaran,
sehingga dibutuhkan bantuan reward untuk mengundang partisipatif peserta
didik. Dalam hal ini reward yang digunakan berbentuk Smart Sticker.
Berpikir
kritis merupakan salah satu dari empat keterampilan abad 21. Berpikir kritis
adalah proses dan kemampuan berpikir tingkat tinggi melalui tahap-tahap
tertentu untuk menghasilkan suatu informasi. Tahap-tahap tersebut diantaranya
memahami, menerapkan, mensintesis, mengevaluasi dan sebagainya. Kemampuan
berpikir kritis, memecahkan masalah dan berkolaborasi menjadi kompetensi
penting dalam memasuki kehidupan abad 21 (Daryanto & Karim,
2017, h. 1-2).
Berdasarkan
penjelasan di atas, penulis mengambil fokus penerapan model pembelajaran Discovery
Learning berbantuan Smart Sticker untuk meningkatkan keterampilan
berpikir kritis peserta didik sebagai topik pembahasan makalah.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan
penjelasan di atas, rumusan masalah makalah ini adalah bagaimana penerapan
model Discovery Learning berbantuan Smart Sticker dalam meningkatkan
kemampuan berpikir kritis peserta didik?
1.3
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan
adalah menjelaskan penerapan model Discovery Learning berbantuan Smart
Sticker dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Model Discovery
Learning
Pemilihan
model pembelajaran sangat berpengaruh besar terhadap jalannya proses
pembelajaran dan pencapaian tujuan pembelajaran. Pendidik berperan penting
dalam merencanakan proses pembelajaran. Perencanaan yang baik akan menghasilkan
proses pembelajaran yang baik. Proses pembelajaran yang baik juga akan
menghasilkan ketercapaian tujuan pembelajaran yang baik pula. Pemilihan model
pembelajaran sangat berpengaruh besar terhadap jalannya proses pembelajaran dan
pencapaian tujuan pembelajaran. Model pembelajaran adalah kerangka konseptual
yang melukiskan prosedur yang sistematis dan terencana dalam mengorganisasikan
proses pembelajaran peserta didik sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai
secara efektif (Priansa, 2015, h. 150).
Dalam
memilih model pembelajaran terdapat beberapa aspek yang harus dipertimbangkan. Tiga
aspek tersebut menurut Priansa adalah outcome, content, dan process (2015,
h. 151). Outcome adalah tujuan pembelajaran atau hasil yang harus
dicapai setelah peserta didik melaksanakan proses pembelajaran. Content
adalah bentuk dari materi, konsep, dan sumber materi yang harus dipahami
peserta didik. Process adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam
peoses pembelajaran. Tiga aspek tersebut menjadi acuan bagi pendidik dalam memilih
model pembelajaran yang dapat membantu peserta didik dalam memahami konsep dan
mencapai tujuan pembelajaran.
Model
pembelajaran Discovery Learning merupakan salah satu model pembelajaran
yang biasa digunakan pendidik di sekolah. Model pembelajaran ini berbasis
masalah yang manipulatif. Dalam memecahkan masalah yang diberikan, peserta
didik dituntut berpikir, menalar, dan menganalisis. Peserta didik juga diberi
kesempatan untuk mengungkapkan ide dan pengalaman saat menyelesaikan tugas
maupun dalam percobaan. Sehingga nantinya peserta didik akan dapat memunculkan
suatu konsep baru. Discovery Learning adalah pembelajaran dimana pendidik
memberikan suatu kebebasan pada peserta didik untuk menemukan sesuatu sendiri,
sehingga mereka akan sampai pada suatu pengalaman dan membantu mengungkap ide
mereka bersama dan memperbaiki pemahaman pada saat diberi tugas ataupun
melakukan percobaan (Sapitri dkk, 2016, h. 65).
Discovery
merupakan proses mental dimana
peserta didik mampu mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip (Daryanto &
Karim 2017, h. 260). Proses mental yang terbentuk dalam proses pembelajaran
yaitu seperti mengamati, mencerna, mengerti, menalar, menggolong-golongkan,
membandingkan, membuat dugaan, menganalisis, menjelaskan, mengukur, membuat
kesimpulan dan sebagainya.
Pendidik
berkewajiban membentuk sikap produktif peserta didik. Peserta didik yang
konsumtif cenderung pasif dalam pembelajaran sedangkan peserta didik yang
produktif akan aktif dan menghasilkan selama proses pembelajaran. Oleh karena
itu, untuk membentuk sifat produktif peserta didik proses pembelajaran harus
bersifat student oriented. Discovery Learning mengubah
pembelajaran yang teacher oriented dimana pendidik menjadi pusat
informasi menjadi student oriented peserta didik menjadi subjek aktif
belajar (Daryanto & Karim, 2017, h. 261).
Pelaksanaan
model pembelajaran membutuhkan prosedur dan langkah-langkah yang sistematis dan
terarah agar pembelajaran dapat terlaksana dengan efektif dan efisien. Secara
garis besar prosedur model pembelajaran Discovery Learning menurut Afandi
dkk (2013, h. 98) adalah sebagai berikut.
1.
Simulation, pendidik bertanya dengan mengajukan persoalan atau menyuruh
peserta didik untuk membaca atau mendengarkan uraian yang memuat permasalahan.
2.
Problem statement, peserta didik diberi kesempatan mengidentifikasi berbagai
permasalahan.
3.
Data collection, untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar
tidaknya hipotesis ini, peserta didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan
berbagai informasi yang relevan.
4.
Data processing, semua informasi hasil bacaan, wawancara, observasi,
dan sebagainya, semua diolah, diacak, diklasifikasikan ditabulasi, bahkan bila
perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan
tertentu.
5.
Verification (pembuktian), berdasarkan hasil pengolahan dan pembuktian,
hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu kemudian dicek.
6.
Generalization, berdasarkan hasil verifikasi tadi, peserta didik
belajar menarik kesimpulan.
Sedangkan langkah-langkah
model pembelajaran Discovery Learning menurut Afandi dkk (2013, h. 100),
diantaranya:
1.
Identifikasi
kebutuhan peserta didik.
2.
Seleksi
pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian konsep dan generalisasi
pengetahuan.
3.
Seleksi bahan,
problema/tugas-tugas.
4.
Membantu dan
memperjelas (tugas/problema yang akan dipelajari, peranan masing-masing peserta
didik).
5.
Mempersiapkan setting
kelas dan alat-alat yang diperlukan.
6.
Mengecek pemahaman
peserta didik terhadap masalah yang akan dipecahkan dan tugas-tugas peserta
didik.
7.
Memberi kesempatan
pada peserta didik untuk melakukan penemuan.
8.
Membantu peserta
didik dengan informasi/data jika diperlukan.
9.
Memimpin analisis
sendiri (self analysis) dengan pertanyaan yang mengarahkan dan
mengidentifikasi proses.
Dari penjelasan
tersebut dapat dirangkum syntak untuk model pembelajaran Discovery Learning
sebagai berikut:
1.
Pendidik
mengajukan permasalahan untuk pembahasan peserta didik.
2.
Peserta didik
mengamati penyampaian masalah dari pendidik.
3.
Peserta didik
menanyakan permasalahan.
4.
Pendidik
mengarahkan peserta didik untuk melakukan eksporasi dan asosiasi.
5.
Peserta didik mengeksplorasi
dan mengasosiasi hingga memunculkan hipotesis.
6.
Pendidik memberi
penguatan terhadap hipotesis.
7.
Peserta didik
menguji hipotesis dengan melakukan eksperimen.
8.
Peserta didik
menganalisis hasil eksperimen.
9.
Peserta didik
menyimpulkan hasil eksperimen.
10.
Peserta didik membandingkan
hasil eksperimen terhadap teori.
11.
Peserta didik
menganalisis perbandingan hasil eksperimen dan teori.
12.
Peserta didik
mempresentasikan hasil.
13.
Pendidik memberi
penguatan serta menyimpulkan materi pelajaran.
Model
pembelajaran Discovery Learning pada umumnya sering digunakan pada
pembelajaran di sekolah, karena memiliki beberapa kelebihan. Kelebihan tersebut
menurut Afandi dkk (2013, h. 99) antara lain:
1.
Merupakan suatu
cara untuk mengembangkan cara belajar aktif peserta didik.
2.
Dengan menemukan
dan menyelidiki sendiri konsep yang dipelajari, maka hasil yang diperoleh akan
tahan lama dalam ingatan dan tidak mudah dilupakan peserta didik.
3.
Pengertian yang
ditemukan sendiri merupakan pengertian yang betul-betul dikuasai dan mudah
digunakan atau ditransfer dalam situasi lain.
4.
Dengan menggunakan
strategi discovery peserta didik menguasai salah satu metode ilmiah yang
akan dapat dikembangkan sendiri.
5.
Peserta didik
belajar berpikir analisis dan mencoba memecahkan problema yang dihadapi
sendiri, kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan nyata.
Kelebihan model
pembelajaran Discovery Learning atau penemuan menurut Priansa (2015, h.
224) yaitu:
1.
Mampu meningkatkan
peserta didik untuk memecahkan masalah (problem solving),
2.
Mampu meningkatkan
motivasi,
3.
Mendorong
keterlibatan keaktifan peserta didik,
4.
Peserta didik
aktif dalam kegiatan belajar-mengajar,
5.
Menimbulkan rasa
kepuasan batik bagi peserta didik,
6.
Peserta didik akan
dapat mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks,
7.
Melatih peserta
didik belajar mandiri.
Berdasarkan kelebihan-kelebihan
yang disebutkan dapat ditarik sebuat kesimpulan dari kelebihan model
pembelajaran Discovery Learning yaitu model pembelajaran ini dapat
membuat peserta didik lebih aktif dan mandiri dalam proses pembelajaran serta
menuntut untuk berpikir kritis.
Kekurangan
model pembelajaran Discovery Learning yaitu membutuhkan waktu yang
banyak. Model ini menuntut peserta didik untuk berpikir tingkat tinggi sehingga
dalam dalam menyimpulkan sering terjadi miss konsepsi. Sebagaimana yang
diungkapkan Priansa (2015, h. 224) kekurangan model pembelajaran penemuan antara
lain:
1.
Sering terjadi
kesalahpahaman antara pendidik dan peserta didik,
2.
Menyita waktu
banyak,
3.
Menyita pekerjaan pendidik,
4.
Tidak semua
peserta didik mampu melakukan penemuan,
5.
Tidak berlaku
untuk semua topik.
2.2
Penggunaan Smart
Sticker
Model
pembelajaran berbasis penemuan dapat melatih peserta didik berpikir kritis,
akan tetapi tidak banyak peserta didik yang berpartisipasi dalam pembelajaran,
sehingga dibutuhkan bantuan reward untuk mengundang partisipatif peserta
didik. Dalam hal ini reward yang digunakan berbentuk Smart Sticker.
Discovery Learning berbantuan Smart Sticker dapat diterapkan
sebagai alternatif usaha pendidik memperbaiki pembelajaran di sekolah khususnya
dalam rangka meningkatkan kemampuan berpikir kritis (Kurniati dkk, 2017, h. 117).
Berikut
ini contoh bentuk dari Smart Sticker yang digunakan pendidik untuk
memancing partisipatif peserta didik dalam proses pembelajaran.
Gambar 2.1 Contoh Smart
Sticker
Sumber: Diadopsi dari Penelitian Afrida
dkk (2015, h. 180) berjudul Keefektifan Guided Discovery Berbantuan Smart
Sticker Terhadap Rasa Ingin Tahu dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas VII.
Dengan tingginya
partisipatif peserta didik dalam pembelajaran di kelas dapat memudahkan
pendidik dalam mengarah peserta didik untuk dapat berpikir kritis, karena
peserta didik lebih antusias untuk mengumpulkan sticker. Dengan adanya
penguatan berupa Smart Sticker peserta didik terdorong untuk bersemangat
dalam proses pembelajaran dan membuat rasa ingin tahu tentang materi pembelajaran
karena peserta didik tergerak untuk bersaing mengumpulkan Smart Sticker
dalam pembelajaran (Afrida dkk, 2015, h. 108).
2.3
Keterampilan Berpikir
Kritis
Keterampilan
berpikir kritis adalah suatu keterampilan berpikir yang menuntut untuk
menganalisis dan menalar serta merujuk berbagai informasi dalam memecahkan
masalah dan menyimpulkan secara sistematis. Berpikir kritis merupakan proses
mental untuk menganalisis informasi yang diperoleh. Informasi tersebut didapat
melalui pengamatan, pengalaman, komunikasi, atau membaca. (Arifin, 2017, h. 95)
Berpikir
kritis artinya bagaimana menjadi sulosi atas sebuah masalah melalui pemikiran
sendiri bukan dari mencontoh apa yang ada. Menjelaskan aspek kemampuan berpikir
kritis terdiri dari 6 indikator yaitu peserta didik mampu mengajukan
pertanyaan, merevisi konsep yang salah, merencanakan strategi, membuat
pernyataan, mengkritik suatu pernyataan, dan mampu mengevaluasi keputusan
(Rofiah dkk, 2013, h. 21).
Fakta
di lapangan, tugas yang diberikan langsung dikerjakan oleh peserta didik dan
dikumpulkan tanpa membahas hasil tugas yang dikerjakan mereka dikarenakan tidak
cukupnya waktu untuk membahas tugas tersebut, sehingga peserta didik tidak
mengetahui apakah tugas yang dikerjakan benar atau salah. Proses pembelajaran
ini membuat peserta didik menjadi pasif dan malas untuk berpikir terhadap apa
yang telah dikerjakannya (Sapitri dkk, 2016, h. 64). Hal ini akan membuat
tingkat partisipatif peserta didik menurun, karena tidak adanya followup
terhadap hasil pekerjaan peserta didik. Sehingga tingkat berpikir peserta didik
juga ikut menurun mengikuti tingkat partisipatif.
Untuk
meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik, pendidik harus dapat
memilih model pembelajaran yang membuat peserta didik aktif, mengedepankan
proses berpikir, dan dapat menyimpulkan sendiri konsep dalam materi. Model
pembelajaran yang diharapkan akan meningkatkan kemampuan berpikir kritis adalah
model yang mampu membuat peserta didik aktif dalam proses pembelajaran yang
mampu mengarahkan peserta didik menemukan sendiri konsep yang akan dipelajari
(Kurniati dkk, 2017, h. 111).
Model
pembelajaran Discovery Learning adalah salah satu model yang student
oriented atau peserta didik menjadi subjek aktif belajar, menuntut tingkat
berpikir yang tinggi dan menemukan sendiri konsep dari materi. Model
pembelajaran ini sangat cocok untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Model
pembelajaran yang efektif sebagai salah satu upaya untuk melatih peserta didik
agar memiliki keterampilan berpikir kritis yaitu dengan diterapkannya model Discovery
Learning (Sapitri dkk, 2016, h.64-65).
Discovery
Learning adalah metode mengajar
yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga peserta didik memperoleh
pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya tidak melalui pemberitahuan,
namun dengan cara ditemukan sendiri (Daryanto & Karim, 2017, h. 260).
Konsep utama model ini adalah peserta didik diberikan masalah dan nemukan
sendiri solusi berupa konsep. Dalam menemukan konsep peserta didik dituntut
untuk berpikir, menalar dan menganalisis. Ini menghasilkan keterampilan
berpikir kritis bagi peserta didik.
Peserta
didik dituntuk untuk mampu berpikir kritis dalam pembelajaran yang berlangsung
di sekolah, dimana hal ini akan berdampak bagi kehidupannya sehari-hari. Jika pembelajaran
biasa mengasah kemampuan berpikir kritis maka pada kehidupan sehari-hari mereka
terbiasa berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis mencakup (Arifin, 2017, h.
96):
1.
Kemampuan mengidentifikasi
asumsi yang diberikan.
2.
Kemampuan merumuskan
pokok-pokok permasalahan.
3.
Kemampuan menentukan
akibat dari suatu ketentuan yang diambil.
4.
Kemampuan mendeteksi
adanya bias berdasarkan pada sudut pandang yang berbeda.
5.
Kemampuan mengungkap
data/definisi/teorema dalam menyelesaikan masalah.
6.
Kemampuan mengevaluasi
argumen yang relevan dalam penyelesaian suatu masalah.
Selain itu, indikator
kemampuan berpikir kritis dapat diturunkan dari aktivitas kritis peserta didik sebagai
berikut (Arifin, 2017, h. 96):
1.
Mencari pernyataan
yang jelas dari setiap pertanyaan.
2.
Mencari alasan.
3.
Berusaha mengetahui
informasi dengan baik.
4.
Memakai sumber
yang memiliki kredibilitas dan menyebutkannya.
5.
Memperhatikan situasi
dan kondisi secara keseluruhan.
6.
Berusaha tetap
relevan dengan ide utama.
7.
Mengingat kepentingan
yang asli dan mendasar.
8.
Mencari alternatif.
9.
Bersikap dan
berpikir terbuka.
10.
Mengambil posisi
ketika ada bukti yang cukup untuk melakukan sesuatu.
11.
Mencari penjelasan
sebanyak mungkin apa bila memungkinkan.
12.
Bersikap secara
sistematis dan teratur dengan bagian-bagian dari keseluruhan masalah.
2.4
Hasil Penelitian
yang Relevan
Penelitian
yang dilakukan oleh Sapitri dkk (2016, h. 66) bejudul “Penerapan Model Discovery
Learning untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas X pada
Materi Kalor” menghasilkan peningkatan keterampilan berpikir kritis dengan
kategori sedang pada rentang 0,3 ≤ g < 0,7 dengan indikator sebagai berikut:
1) indikator membuat keputusan mengalami peningkatan sebesar 0,37 dengan
kategori sedang; 2) indikator membandingkan mengalami peningkatan sebesar 0,39
dengan kategori sedang; dan 3) indikator pemecahan masalah mengalami
peningkatan sebesar 0,33 dengan kategori sedang. Berdasarkan penelitian
tersebut terlihat model pembelajaran Discovery Learning dapat
meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik.
Penelitian
yang dilakukan oleh Kurniati dkk (2017, h. 117) berjudul “Model Pembelajaran Discovery
Learning Berbantuan Smart Sticker untuk Meningkatkan Disposisi
Matematik dan Kemampuan Berpikir Kritis” menghasilkan peningkatan dispisisi
matematik dan kemampuan berpikir kritis ketika diterapkannya model pembelajaran
Discovery Learning berbantuan Smart Sticker. Berdasarkan
penelitian tersebut terlihat model pembelajaran Discovery Learning
berbantuan Smart Sticker dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis
peserta didik.
Penelitian
yang dilakukan oleh Afrida dkk (2015, h. 108-109) berjudul “Keefektifan Guided
Discovery Berbantuan Smart Sticker Terhadap Rasa Ingin Tahu dan Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa Kelas VII” menghasilkan kemampuan berpikir kritis siswa
yang melaksanakan pembelajaran Guided Discovery berbantuan smart sticker lebih
baik daripada kemampuan berpikir kritis siswa yang melaksanakan pembelajaran
ekspositori pada materi Persamaan Linear Satu Variabel (PLSV) kelas VII di SMP
Negeri Slawi. Berdasarkan penelitian tersebut terlihat penggunaan Smart
Sticker meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Simpulan
Berdasarkan
pembahasan dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Discovery
Learning berbantuan Smart Sticker dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis peserta didik, karena model ini menuntut peserta didik untuk
berpikir kritis dan partisipatif peserta didik dipacu dengan reward
berbentuk Smart Sticker.
3.2
Saran
Saran yang dapat disampaikan bagi pembaca yaitu untuk
meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik, model pembelajaran Discovery
Learning berbantuan Smart Sticker adalah salah satu saran yang tepat
untuk digunakan pendidik dalam proses pembelajaran.
a
DAFTAR
RUJUKAN
Afandi, M., Chamalah, E., & Wardani,
O. P. (2013). Model dan Metode Pembelajaran di Sekolah. Semarang:
Unissula Press.
Afrida, A. N., Sugiarto, & Soedjoko,
E. (2015). Keefektifan Guided Discovery Berbantuan Smart Sticker Terhadap Rasa
Ingin Tahu dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas VII. Unnes Journal of
Mathematics Education, 4(2), 103-109.
Arifin, Z. (2017). Mengembangkan Instrumen
Pengukur Critical Thinking Skills Siswa pada Pembelajaran Matematika Abad 21. Jurnal
THEOREMS, 1(2), 92-100.
Daryanto, & Karim, S. (2017). Pembelajaran
Abad 21. Yogyakarta: Gava Media.
Kurniati, I. W., Pujiastuti, E., & Kurniasih,
A. W. (2017). Model pembelajaran Discovery Learning Berbantuan Smart Sticker
untuk Meningkatkan Disposisi Matematik dan Kemampuan Berpikir Kritis. Jurnal
Matematika Kreatif-Inovatif, 8(2), 109-118.
Priansa, D. J. (2015). Manajement
Peserta Didik dan Model Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Rofiah, E., Aminah, N. S., & Ekawati,
E. Y. (2013). Penyusunan Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Fisika
pada Siswa SMP. Jurnal Pendidikan Fisika, 1(2), 17-22.
Sapitri, U. E., Kurniawan, Y., & Sulistri,
E. (2016). Penerapan Model Discovery Learning untuk Meningkatkan Keterampilan
Berpikir Kritis Siswa Kelas X pada Materi Kalor. Jurnal Ilmu Pendidikan
Fisika, 1(2), 64-66.
Komentar
Posting Komentar