Makalah LK II
MAKALAH INTERMEDIATE TRAINING
“REKONSTRUKSI INSAN PARIPURNA; REINTERNALISASI NILAI
DASAR PERJUANGAN MENJAWAB TANTANGAN GLOBAL”
DIAJUKAN UNTUK MENGIKUTI INTERMEDIATE TRAINING (LK
II) CABANG PANDEGLANG, BANTEN
OLEH:
AMALLA RIZKI PUTRI
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI)
CABANG JAMBI
2013
KATA PENGANTAR
ﺑﺴﻢﺍﻠﻠﻪﺍﻠﺮﺤﻣﻦﺍﻠﺮﺤﻴﻡ
Assalamu’alaikum
warahmatullahi wabarakatuh
Puja, puji serta syukur
selalu kita panjatkan kepada Sang Maha Kuasa. Shalawat beriring salam
senantiasa kita sanjungkan kepada Muhammad SAW, sang Revolusioner Sejati,
kepada keluarganya, sahabatnya, serta kepada umatnya hingga akhir zaman.
Makalah dengan
tema INTERNALISASI KONSEP KHALIFAH FIL
ARDH DAN PERWUJUDAN KUALITAS INSAN CITA; TANTANGAN KADER DI ERA GLOBALISASI
“REKONTRUKSI INSAN PARIPURNA;
REINTERNALISASI NILAI DASAR PERJUANGAN MENJAWAB TANTANGAN GLOBAL” disusun
sebagai syarat dalam Latihan Kader II Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Pandeglang
26 s.d 31 Agustus 2013.
Semoga Makalah
ini dapat menjadi bahan evaluasi kritis dan diharapkan mampu memberikan solusi
yang solutif untuk Himpunan tercinta ini. Akhirnya Penyusun mohon maaf atas
segala kekurangan dan kekhilafan dalam penyusunan makalah ini.
Billahittaufik
wal hidayah
Wassalamu’alaikumm
wr. wb
Jambi,
16 Syawal 1434 H
23
Agustus 2013 M
Amalla Rizki Putri
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Berbicara tentag kader
tidak terlepas dari manusia, karena kader adalah
“sekelompok orang yang terorganisir terus menerus dan akan menjadi tulang
punggung bagi kelompok yang lebih besar”. Jadi kita akan berbicara tentang kader yang berkualitas. Manusia adalah makhluk yang paling menakjubkan, makhluk yang unik multidimensi, serta sangat terbuka dan memiliki pontensi yang agung. Timbulnya pertanyaan siapakah kader yang berkualitas itu….? Jawabannya ini tidak mudah kita peroleh jawaban yang tepat. Biasanya orang akan menjawab pertanyaan menurut latar belakangnya, jika seorang kader menitik beratkan pada kemampuan manusia berpikir, hidup bermasyarakat, adanya usaha manusia untuk mencukupi kebutuhan hidup. Dalam Al-Qur’an manusia sebagai makhluk ciptaan Allah berupa jasmani dan rohani. Jadi seorang kader telah diberikan oleh Allah berupa jasmani dan rohani. Dalam organisasi HMI sungguh sangat banyak telah terciptanya kader, karena HMI adalah sebuah organisasi perkaderan. Jelas terlihat, di mana HMI adalah salah satu organisasi yang sudah sangat banyak melahirkan pemimpin, itu dikarenakan di tubuh HMI pola pengkaderan yang dilakukan sudah sangat terstruktur. Seperti Akbar Tanjung, Yusuf Kalla adalah orang- orang yang sangat besar pengaruhnya dalam negara RI ini. Dan juga seperti Azzumardy Azzara , Nurcholis Majid adalah contoh orang- orang yang telah memberikan kontribusi dalam dunia pendidikan dan masih banyak lainnya. Berbicara tentang kader-kader HMI yang telah berhasil, siapa yang tidak bangga. Itu adalah sebagian kecil kader HMI yang telah berjasa pada negara republik indonesia namun kita harus ingat bahwa keder yang berhasil adalah kader yang memiliki kualitas yang baik. Dan kader-kader dari HMI tetap di tuntut harus berjalan sesuai dengan nilai-nilai dasar perjuangaan dan tetap harus mempertahankan nilai indenpendensi lembaga yaitu Himpunan Mahasiswa Islam.
“sekelompok orang yang terorganisir terus menerus dan akan menjadi tulang
punggung bagi kelompok yang lebih besar”. Jadi kita akan berbicara tentang kader yang berkualitas. Manusia adalah makhluk yang paling menakjubkan, makhluk yang unik multidimensi, serta sangat terbuka dan memiliki pontensi yang agung. Timbulnya pertanyaan siapakah kader yang berkualitas itu….? Jawabannya ini tidak mudah kita peroleh jawaban yang tepat. Biasanya orang akan menjawab pertanyaan menurut latar belakangnya, jika seorang kader menitik beratkan pada kemampuan manusia berpikir, hidup bermasyarakat, adanya usaha manusia untuk mencukupi kebutuhan hidup. Dalam Al-Qur’an manusia sebagai makhluk ciptaan Allah berupa jasmani dan rohani. Jadi seorang kader telah diberikan oleh Allah berupa jasmani dan rohani. Dalam organisasi HMI sungguh sangat banyak telah terciptanya kader, karena HMI adalah sebuah organisasi perkaderan. Jelas terlihat, di mana HMI adalah salah satu organisasi yang sudah sangat banyak melahirkan pemimpin, itu dikarenakan di tubuh HMI pola pengkaderan yang dilakukan sudah sangat terstruktur. Seperti Akbar Tanjung, Yusuf Kalla adalah orang- orang yang sangat besar pengaruhnya dalam negara RI ini. Dan juga seperti Azzumardy Azzara , Nurcholis Majid adalah contoh orang- orang yang telah memberikan kontribusi dalam dunia pendidikan dan masih banyak lainnya. Berbicara tentang kader-kader HMI yang telah berhasil, siapa yang tidak bangga. Itu adalah sebagian kecil kader HMI yang telah berjasa pada negara republik indonesia namun kita harus ingat bahwa keder yang berhasil adalah kader yang memiliki kualitas yang baik. Dan kader-kader dari HMI tetap di tuntut harus berjalan sesuai dengan nilai-nilai dasar perjuangaan dan tetap harus mempertahankan nilai indenpendensi lembaga yaitu Himpunan Mahasiswa Islam.
Dewasa ini, timbul
permasalahan-permasalahan yang senantiasa membobrok dinding-dinding pertahanan karakter-karakter
HMI. Dengan majunya teknologi dan informasi membuat kader terbuai akan
“cangihnya” teknologi, sehingga membuat kader menjadi konsumtif bahkan “mati”
kreatifitasnya. Maka makalah ini lebih difokuskan pada pembahasan “Rekontruksi
Insan Paripurna; Reinternalisasi Nilai Dasar Perjuangan Menjawab Tantangan
Global“ dengan pembahasan tentang pengertian kader berkualitas, manusia
berkualitas dalam NDP, serta peran kader dalam menyelesaikan permasalahan
global.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang disebutkan tadi ada beberapa masalah yang akan dibahas pada
makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimanakah
kader yang berkualitas?
2. Apa
saja tantangan global yang melanda pada era ini?
3. Nilai
Dasar Perjuangan menjawab tantangan global
C.
Tujuan
Penulisan
Ada
beberapa tujuan penulisan yang akan disampaikan, diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Untuk
mengetahui citra dan ciri kader berkualitas dalam konteks HMI
2. Untuk
mengetahui bagaimana seorang kader dapat mengaktualisasikan diri dalam
kehidupan bermasyarakat dengan menerapkan Nilai Dasar Perjuangan
3. Memenuhi
salah satu syarat untuk mengikuti Intermediate Training yang dilaksanakan oleh
Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Pandeglang pada tanggal 26 s.d 31 Agustus 2013
D.
Metode
Penulisan
Metode
yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode library research (penelitian
kepustakaan), studi kepustakaan ini penulis gunakan untuk mendalami teori-teori
dan hal lain yang ada dalam buku-buku serta tulisan-tulisan lainnya[1]
yang berkaitan dengan judul yang dibahas dalam tulisan ini.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Kader
Menurut Asuransi
Horenby, (dalam kamus Oxford Advance Learner’s Dictionary) dikatan bahwa “Cadre is a small group of people who are
specially chosen and trained of particular purpose, or cadre is a member of this
kind of group; they where to become the cards of the new community party”
yang bila diartikan dalam bahasa Indonesia kader merupakan sekelompok orang
yang terorganisir terus-menerus dan akan menjadi tulang punggung bagi kelompok
yang lebih besar.
Dalam tubuh organisasi
HMI kader adalah anggota inti, kader merupakan benteng dari serangan serta dari dalam tubuh organisasi itu
sendiri. Terdapat tiga ciri yang terintregrasi dalam seorang kader, 1) seorang
kader bergerak dan terbentuk dalam organisasi, 2) seorang kader harus memiliki
komitmen yang tinggi secara terus menerus dan, 3) seorang kader memiliki bakat
dan kualitas sebagai tulang punggung yang mampu menyangga kesatuan kumpulan
manusia yang paling besar.Jadi, fokus seorang kader terletak pada kualitas.
Kader HMI adalah anggota HMI yang telah menjalani proses perkaderan sehingga memiliki ciri kader, yamg integritas
kepribadian yang utuh, beriman, berilmu, dan beramal saleh sehingga siap
mengembang tugas dan amanah dalam kehidupan beragama, bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara yang selaras dengan NDP dan AD/ADRT HMI, tidak ada kata tawar
menawar.
Landasan
perkaderan HMI yang dibina dalam proses perkaderan teridiri dari Landasan
Teologis, dimana kesadaran
sebagai makhluk-Nya yang memiliki keterbatasan dan sebagai wakil Tuhan/Khalifah
di muka bumi yang memiliki kewajiban menegakkan ‘kalimah’-Nya mengharuskan
kader HMI berproses terus-menerus. Kemudian jga ada landasan Ideologis dimana Islam
sebagai landasan nilai dalam menjalani kehidupan. Islam universalis berwajah
modern yang rajin menuntut ilmu dan senang beramal untuk kemajuan, keadilan,
dan kemakmuran secara kolektif. Selain kedua landasan tersebut pola perkaderan
juga berlandaskan pada landasan konstitusi, siosio kultural dan landasan
historis yang tidak dijelaskan dalam makalah ini.
a.
Rekruetmen Kader
Ø
Prioritas pada kualitas tanpa mengabaikan kuantitas calon
kader
Ø
Prioritas pada PT/Lembaga Pendidikan sederajat yg
berkualitas
Ø
Memperhatikan integritas, potensi dasar akademik,
potensi berprestasi, potensi dasar kepemimpinan, serta keinginan melakukan
peningkatan kualitas individu secara terus-menerus dari calon kader.
b.
Pengabdian Kader
Ø
Penjabaran dari peranan HMI sebagai organisasi perjuangan
Ø
Jalur pengabdian dapat dilakukan di jalur akademis, dunia
profesi, birokrasi dan pemerintahan, dunia usaha, social politik,
TNI/Kepolisian, sosial kemasyarakatan, LSM, dll
Maksud dan
tujuan dari arah perkaderan HMI ditujukan sebagai sebuah “Usaha yang
dilakukan dalam rangka mencapai tujuan organisasi melalui suatu proses sadar
dan sistematis sebagai alat transformasi nilai ke-Islaman dalam proses rekayasa
peradaban melalui pembentukan kader berkualitas
muslim-intelektual-profesional”. Dengan target yang diharapkan adalah
terciptanya kader muslim-intelektual-profesional yang berakhlakul karimah serta
mampu mengemban amanah Allah sebagai khalifah fil ardh dalam upaya mencapai
tujuan organisasi.
Kader dalam kontek umum
kehidupan juga seorang manusia, Menurut (Ahmad Azhar basyir, 1984 : 7-8)
manusia di ciptakan Allah sebagai makhluk pribadi, sebagai makhluk yang hidup
bersama dengan orang lain, sebagai makhluk yang hidup yang hidup di tengah alam
dan sebagai makhluk yang di ciptakan dan diasuh oleh Allah Swt. Manusia sebagai
makhluk pribadi, memiliki fungsi terhadap diri sendiri. Manusia sebagai anggota
masyarakat memiliki fungsi terhadap masyarakat. Manusia sebagai makhluk yang
hidup di tengah-tengah alam. Sebagai
makhluk yang di ciptakan dan di asuh,
berfungsi terhadap yang menciptakan dan mengasuh. Selain itu manusia sebagai
makhluk pribadi terdiri dari tiga unsur
yaitu: unsur perasaan,akal,jasmani.berangkat dari pernjelasan diatas di harapkan seorang kader yang
berkualitas harus memiliki nilai sebagai makhluk yang diciptaklan Allah swt. Sebagai manusia.untuk
dapat mengaktulisasikan potensi tersebut, dibutuhkan kemampuan dan kualitas manusia yaitu kualitas iman, ilmu pengetahuan ,dan
kualitas amal shaleh untuk dapat mengolah dang mengfungsikan potensi yang di
berikan oleh Allah SWT. Inilah manifestasi yang harus dimiliki seorang kader
HMI sebagai seorang mahasiswa yang berperan sebagai agent of change.
Fungsi
manusia dalam Al_quran :
Ø Fungsi Manusia terhadap diri Pribadi
Fungsi manusia terhadap diri pribadi adalah memenuhi
kebutuhan-kebutuhan unsur tersebut
secara menyeluruh agar kebutuhan pribadi tetap terjaga.
Ø Fungsi manusia terhadap masyarakat
Manusia sebagai makhluk sosial berfungsi terhadap
masyarakatnya, fungsi manusia terhadap masyarakat terbangun atas dasar sifat
sosial yang dimiliki oleh manusia, yaitu adanya kesediaan untuk selalu
melakukan interaksi dengan sesama.
Ø Fungsi manusia terhadap alam dan lingkungan
Fungsi manusia terhadap alam adalah bagaiman
amanusia memanfatkan potensi alam untuk mencukupkan kebutuhan manusia. Dan
dalam memenuhi fungsi manusia terhadap alam , hendaknya selalu di usahakan agar
keselamatan manusia ttidak terganggu.
Ø
Fungsi Manusia
terhadap Allah.
Fungsi manusia terhadap allah adalah dengan
beribadah kepadaNya baik dalam bentuk umum dan khusus.
Fungsi kader dalam organisasi HMI adalah sebagai
tenaga penggerak organisasi, sebagai calon pimpinan, dan sebagai benteng
organisasi.dan secara kualitatif kader memiliki mutu,kesanggupan bekerjadan
berkorban yang lebih besar dari pada anggota biasa.Karena Fungsi organisasi HMI
sebagai organisai kader, maka seluiruh aktivitas harus dapat memberi kesempatan
berkembang bagi kualitas- kualitas pribadi anggota-anggotanya. Jelas terlihat
dlam pasal 5 anggaran Dasar HMI, tentang tujuan HMI Telah ada tuntutan, kemana
kader HMI harus di arahkan. Yaitu untuk dibina dan dikembangkan , Dan mereka
yang memiliki kualitas-kualitas sebagai :
a.
Mahasiswa,
adalah mereka yang telah mencapai tingkat pendidikan intelektual tertentu.
b.
Kader, yaitu
mereka yang memiliki kesediaan utuk berlatih dan mengembangkan kualitas-kualitas
pribadinya guna menyongsong tugas masa depan ummat dan bangsa indonesia.
c.
Pejuang yaitu
mereka yang ikhlas, bersedia berbuat dan dan berkorban guna mencapai cita-cita umat islam dan
bangsa indonesia pada waktu sekarang dan mendatang.[2]
B.
Wujud
Profil Kader yang Diinginkan
Latar belakang
munculnya pemikiran dan berdirinya HMI adalah:
1.
Penjajahan
Belanda atas Indonesia dan tuntutan perang kemerdekaan.
2.
Kesenjangan dan
kejumudan Ummat Islam dalam pengetahuan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan
ajaran Islam.
3.
Kebutuhan dan
pemahaman dan pemahaman dan penghayatan keagamaan.
4.
Munculnya
polarisasi politik.
5.
Berkembangnya
faham dan ajaran komunis.
6.
Kedudukan
perguruan tinggi dan dunia kemahasiswaan yang strategis.
7.
Kemajemukan
bangsa Indonesia.
8.
Tuntutan
modernisasi dan tantangan masa depan. [3]
Latar belakang tersebut merupakan Ad Hoc terhadap
latar belakang berdirinya HMI yang pernah diteliti pada tahun 1976. [4]
Beranjak
dari landasan-landasan, arah dan tujuan HMI, maka akhir kegiatan diarahkan
dalam rangka membentuk profil kader yang Ideal, yaitu muslim dan muslimah
intelektual profesional. Jelas terlihat dalam tiga aspek yang ditekankan dalam
usaha pelaksanaan kaderisasi dalam HMI. Secara Spesifik wujud profil kader
tercatat pada pasal 4 tentang tujuan dalam HMI. Yaitu lima kualitas insan cita
HMI. Lima kualitas insan cita tersebut di terangkan dalam tafsir tujuan HMI,
yang terdapat 17 indikator. Kualitas insan cita HMI merupakan dunia cita yakni
suasana ideal yang ingin diwujudkan oleh HMI di dalam pribadi seorang beriman
dan berilmu pengetahuan serta mampu melaksanakan tugas kerja kemanusiaan.
Kualitas tersebut sebagimana disebutkan dalam tujuan HMI, (pasal 4 AD HMI)
adalah sebagai berikut :
a.
Kualitas insan akademis
Ø Berpendidikan tinggi, berpengetahuan luas, berpikir
rasional, objektif dan kritis.
Ø Memiliki kemampuan teoritis, mampu memformulasikan
apa yang diketahui dan di rahasiakan. Dia siap berlaku dan menghadapi suasana
sekeliling dengan penuh kesadaran.
Ø Sanggup berdiri sendiri dengan lapangan ilmu pengetahuan
sesuai dengan ilmu pilihannya.
b.
Kualitas insan
pencipta: insan akademis, pencipta
Ø Sanggup melihat kemungkinan-kemungkinan lain yang
lebih dari sekedar yang ada dan bergairah besar untuk menciptakan bentuk-bentuk
baru.
Ø Bersifat independen dan terbuka.
Ø Dengan ditopang kemampuan akademisnya dia mampu
melaksanakan kerja kemanusiaan yang disemangati ajaran islam.
c.
Kualitas insan pengabdi:
insan akademis, pencipta dan pengabdi
Ø Ikhlas dan sanggup berkarya demi kepentingan orang banyak
atau untuk semua umat.
Ø Sadar membawa tugas insan pengabdi, bukan hanya
membuat dirinya baik tetapi juga membuat kondisi sekelilingnya menjadi baik.
Ø Insan akademis, pencipta dan mengabdi adalah yang bersungguh-sungguh
mewujudkan cita- cita dan ikhlas mengamalkan ilmunya untuk kepentingan sesamanya.
d.
Kualitas insan
yang bernafaskan islam: insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan
islam
Ø Islam yang telah menjiwai dan memberi pedoman pola
pikir dan pola lakunya tanpa memakai merk islam.
Ø Ajaran islam telah berhasil membentuk dalam diri
kader.
e.
Kualitas insan
bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur diridhai Allah SWT.
Ø Insan akademis, pencipta dan pengabdi yang bernafaskan
islam dan bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi
Allah SWT.
Ø Berwatak, sanggup memikul akibbat- akibat yang dari
perbuatannya sadar bahwa menempuh jalan yang benar diperlukan adanya keberanian
moral.
Ø Spontan dalam menghadapi tugas, responsif dalam
menghadapi persoalan-persoalan dan jauh dari sikap apatis.
Ø Rasa tanggung jawab, taqwa kepada Allah SWT, yang menggugah
untuk mengambil peran aktif dalam suatu bidang untuk mewujudkan masyarakat adil
dan makmur yang diridhoi Allah SWT.
Ø Korektif terhadap setiap langkah yang berlawanan
dengan usaha mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.
Ø Percaya pada diri sendiri dan sadar akan kedudukannya
sebagai khalifah fil Ard yang harus
melaksanakan tugas-tugas kemanusiaan.[5]
Dari uraian 5 kualitas insan cita HMI, dengan tujuh
belas indikator, sebagai tafsiran dari tujuan HMI sebagai normal yang harus
diterapkan oleh anggota HMI pada dirinya masing-masing. Sehingga dengan sendiri
akan tercipta kader-kader yang berkualitas baik dari segi moral, ilmu
pengetahuan masyarakat dan sosial.
C.
Kader
Berkualitas dalam Bingkai Nilai Dasar Perjuangan
Nilai Dasar Perjuangan adalah sebuah landasan
filosofis dan ideologis sekaligus sebagai spirit perjuangan dari organisasi
sehingga setiap kader HMI harus mampu memahami nilai dasar perjuangan bukan
hanya pada tataran yang formal tapi juga secara substansial sehingga tidak ada
kontradiksi pada tataran konsep dan taktis melainkan sebuah keserasian antara
landasan konseptual yang diterjemahkan pada wilayah starategis dan kebijakan
yang taktis atau operasional.
Seperti yang telah dibahas dalam pembahasan sebelumnya
bahwa kader yang berkualitas dalam konteks HMI sebenarnya tercermin dalam
tujuan HMI yang terungkap dalam pasal 4 anggaran Dasar HMI, disana nampak jelas
bahwa kader yang berkualitas yang diharapkan adalah kader yang memilki kualitas
insane Akademis, insane pencipta, insane pengabdi, insane yang bertanggung
jawan dan insane yang berlandasarkan nilai-nilai islam, yang pada inti
tujuannya adalah mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridhai Allah SWT.
Dalam mewujudkan hal tersebut seorang kader tentunya mengaktualisasikan dirinya
dalam kehidupan bermasyarakat, disinilah hubungannya dengan Nilai-Nilai dasar
Perjuangan dimana dalam nilai-nilai dasar perjuangan juga membahas tentang
manusia, individu dan masyarakat, yang pada titik temu semuanya berorientasi
pada nilai-nilai transedent (ketuhanan).
D.
Tantangan
yang Dihadapi
Di penghujung abad ke-20, kita dihadapkan pada
perubahan-perubahan multidimensi yang cepat dan tidak pernah terjadi.
Perubahan-perubahan ini terjadi seakan-akan merupakan penjungkirbalikan tatanan
kehidupan sebelumnya. Perubahan itu terjadi pada sistem nilai, termasuk
pertimbangan moral yang bersifat imperatif. Sebagai contoh kecil, baru satu
dekade yang lalu anak-anak jika keluar malam hari akan pulang menjelang tengah
malam. Pada saat ini menjelang tengah malam mereka baru keluar rumah.
Perubahan multi dimensi itu juga menghinggapi
tatanan masyarakat lain di bidang sosial, ekonomi, politik, budaya, pendidikan,
moral keagamaan. Tidak ada yang tidak berubah. Yang abadi adalah perubahan itu
sendiri. Berarti perubahan itu, maupun proses globalisasi adalah sesuatu yang
tidak terelakkan.
Memasuki milenium baru, semua bangsa di dunia, tidak
terkecuali bangsa Indonesia, sedang mengalami transformasi besar-besaran dan
amat mendasar dalam semua dimensi kehidupan, ekonomi, sosial, budaya dan
politik. Pada milenium baru ini, akan tumbuh masyarakat dunia baru dengan ciri
yang berbeda dengan ciri-ciri masyarakat lama.oleh karena itu secara mendasar,
bahwa proses transformasi itu adalah proses membangun masyarakat baru, atau
lebih dikenal dengan proses kebudayaan. Ia meliputi seluruh aspek kebudayaan,
baik itu aspek sosial, ekonomi maupun politik. Pembaharuan mempunyai nilai
baru, menafsirkan nilai ke dalam berbagai perilaku yang baru.
Semua tantangan ini menuntut semakin diperlukannya
Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Kualitas yang diperlukan itu
terutama SDM yang memiliki tingkat kecerdasan dan keterampilan yang tinggi,
mantap dalam wawasan dan semangat kebangsaannya, sehat dan kuat kondisi jasmaninya
dan rohaninya, serta memiliki akhlak dan budi pekerti yang luhur.
Ada 2 tantangan besar yang akan dihadapi HMI, yaitu
tantangan internal dan eksternal. Kajian tentang HMI saat ini menunjukkan,
bahwa dalam kehidupan sekarang dan mendatang, HMI telah ditantang:
1. Masalah
eksistensi dan keberadaan HMI, walaupun HMI ada tetapi seolah-olah tidak ada
karena tidak mampu melaksanakan fungsi dan perannya sebagaimana mestinya.
2. Masalah
relevansi pemikiran-pemikiran HMI, untuk melakukan perbaikan dan perubahan yang
mendasar terhadap berbagai masalah yang muncul yang dihadapi bangsa Indonesia.
3. Masalah
peran HMI sebagai organisasi perjuangan yang sanggup tampil dalam barisan
terdepan, kader pelopor bangsa dalam mengambil inisiatif untuk melakukan
berbagai perubahan yang sangat dibutuhkan masyarakat.
4. Masalah
efektifitas HMI untuk memecahkan masalah yang dihadapi bangsa.
Berbagai
tantangan eksternal juga dihadapkan kepada HMI yang tidak kalah besar dan
rumitnya dari tantangan internal, antara lain:
1. Tantangan
menghadapi perubahan zaman yang jauh berbeda dari abad ke-20 dan muncul pada
abad ke-21 saat ini.
2. Tantangan
terhadap peralihan generasi yang hidup dalam zaman dan situasi yang berbeda
dalam berbagai aspek kehidupan khususnya yang dijalani generasi muda bangsa.
3. Tantangan
untuk mempersiapkan kader-kader dan alumni HMI, yang akan menggantikan
alumni-alumni HMI yang saat ini menduduki di berbagai posisi strategis dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
4. Tantangan
menghadapi golongan lain, yang mempunyai missi lain dari umat islam dan bangsa
Indonesia.
5. Tantangan
tentang adanya kerawanan aqidah.
6. Tantangan
menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang terus berkembang tanpa
berhenti sejenakpun.
7. Tantangan
menghadapi perubahan dan pembaharuan di segala aspek kehidupan manusia.
8. Tantangan
menghadapi masa depan yang belum dapat diketahui bentuk coraknya.
E.
Menjawab
Tantangan Permasalahan HMI
Semua permasalahan di atas menuntut kontribusi HMI
menghadapi perubahan dan pergantian zaman sehingga mampu menyongsong masa depan
yang lebih baik. Oleh karena itu HMI sudah siap, serta memiliki kemampuannya
dengan beragam ilmu pengetahuan dan teknologi. Sesuai dengan predikat yang
disandangnya HMI harus mampu menampilkan sikap dan perilaku yang positif, kreatif
dan konstruktif, sesuai dengan ciri khas kemahasiswaan, keislaman, dan
ke-Indonesiaan, yang senantiasa melibat dan tertanan kuat pada dirinya.
Keislaman merupakan ciri khas HMI, harus tercermin
dalam semua sikap dan perilaku setiap anggota HMI. Nilai-nilai dan semangat
Islamiyah haruslah mampu membawa kita ke arah kemajuan dan kemandirian. Dalam
suasana yang sejuk dan nyaman, dan dinamis nilai keislaman itu hendaknya
benar-benar didalami, dihayati dan diamalkan oleh setiap anggota sehingga
menjadi penuntun dalam kehidupan pribadinya sehari-hari, baik dalam hubungannya
dengan Allah SWT. maupun dengan sesama umat manusia dan lingkungan alam
sekitarnya. Dengan demikian, setiap langkah dan alunan nafas insan HMI akan
senantiasa berada dalam jalur amar ma’ruf nahimunkar, serta menjunjung tinggi
akhlaqul karimah. Seluruh keluarga besar HMI akan senantiasa terdorong untuk
melaksanakan perbuatan yang serba baik, serba benar dan serba bermanfaat, kapan
dan dimanapun berada.
Dalam menghadapi perubahan, pergantian zaman dan
menyongsong masa depan, HMI semestinya memiliki kemampuan organisasi yang
handal dan mantap. Karena masalah yang dihadapi bukanlah tugas ringan, tetapi
suatu tugas yang sangat berat dan rumit.
Untuk memberikan solusi dan jalan keluar terhadap
berbagai masalah yang dihadapi HMI, di sini ditawarkan beberapa solusi guna
mengantisipasinya.
Pertama,
Sepuluh kunci pokok
1.
Mengingat tingginya kompleksitas
permasalahan yang dihadapi HMI, maka seluruh jajaran HMI sejak dari komisariat,
korkom, cabang, badko, KOHATI, Lembaga
Kekaryaan, dan PB HMI wajib melakukan koreksi total terhadap keberadaan HMI
saat ini, untuk melihat dan mengevaluasi di mana letak kekurangan, kesalahan,
serta faktor-faktor apa yang menyebabkan mundur dan memudarnya HMI.
2.
Melakukan reformasi keagamaan Islam
untuk meningkatkan dan memperbaharui pengetahuan, pemahaman, penghayatan dan
pengamalan ajaran agama Islam bagi setiap individu anggota HMI, sehari-hari
kapan dan di manapun berada.
3.
Memperkokoh kembali tradisi intelektual
HMI yang pernah diraihnya, sebagai pewaris dari generasi sebelumnya.
4.
Mampu melakukan perubahan atau
mereformasi diri.
5.
Setiap individu pengurus, aktivis,
kader, dan anggota HMI harus bisa menjadikan dan menempatkan dirinya
masing-masing sebagai tauladan dan sekaligus panutan bagi segenap warga HMI.
6.
Sanggup melawan mitos dan membangun
citra positif HMI
7.
Mengakhiri dualisme dalam HMI.
8.
Memiliki kreatifitas, inisiatif untuk
berbuat.
9.
HMI harus menghindari kepentingan
politik sesaat.
10.
Mau melihat dan belajar dari realitas
yang sebenarnya sedang dihadapi HMI dewasa ini, dengan melihat ke dalam dirinya
sendiri, maupun dunia luar yang dihadapi HMI.
Kedua,
Tawaran Syarifuddin Azhar
1.
Secara individual kader HMI harus
menjadi profil kader modern religius, terkait dengan banyak faktor diantaranya:
a.
Bebas dari kebodohan dan kemiskinan.
b.
Mencerminkan manusia modern yang
berbudaya.
c.
Memiliki motivasi untuk maju.
d.
Memiliki paradigma hidup perspektif.
e.
Memiliki potensi sebagai subjek (pelaku)
perubahan sosial.
f.
Memiliki keahlian yang jelas.
g.
Memiliki disiplin dan etos kerja yang
tinggi.
h.
Memiliki budaya kerja tuntas.
i.
Memiliki komitmen kebersamaan yang
tinggi.
2.
Dalam konteks institusi HMI ada beberapa
genda yang harus dilakukan sebagai berikut:
a.
Studying. HMI harus melakukan proses
pengkajian, penelitian dan pengembangan secara intensif sesuai dengan tuntunan
waktu, zaman, keadaan, tantangan serta kebutuhan cabang-cabang di wilayah
aktivitasnya.
b.
Capacity Building. Potensi dasar yang
memungkin HMI eksis adalah penguatan dan pengembangan SDM HMI.
c.
Voicing. Berkaitan erat dengan ada
tidaknya ekstensi HMI di tengah-tengah masyarakat.
d.
Networking. HMI membutuhkan patner dalam
memainkan perannya untuk ikut bertanggungjawab atas terciptanya masyarakat adil
makmur dan sejahtera. [6]
Ketiga,
Empat Upaya Terpadu dari Muhammad Yahya Zaini
1.
Revitalisasi. Perwujudan dari tekad
secara sadar dan bertanggungjawab disertai oleh keyakinan yang mendasar untuk
terus melanjutkan pilihan sejarahnya sesuai dengan cita dan tujuan organisasi.
2.
Reaktualisasi. Upaya untuk melanjutkan,
mendinamisasikan dan menumbuhkembangkan penghayatan dan pengalaman HMI terhadap
nilai-nilai keislaman dan ke-Indonesiaan, secara utuh, padu, harmonis, dan
menyeluruh.
3.
Refungsionalisasi. Upaya keharusan
kreatif dan terus-menerus guna mengembangkan struktur dan fungsi-fungsi
organisasi.
4.
Restrukturisasi. Manusia senantiasa
secara kreatif menciptakan struktur dan fungsi-fungsi tertentu, sehingga dengan
demikian eksistensinya dapat tumbuh dan berkembang dalam suatu sistem yang
organik.
Keempat,
Tawaran Anas Urbaningrum
1.
Politik Etis HMI. HMI harus paham dengan
dinamika politik sehingga dapat memposisikan memposisikan HMI sebagai subjek
politik, dan bukan objek politik.
2.
Peningkatan Visi Intelektual.
Membangkitkan kembali kekuatan intelektual karena HMI dituntut untuk
melanjutkan prestasi sejarah tersebut.
3.
Penguatan Basis. HMI harus mengembangkan
keterlibatan dan interkasinya, antara Generasi Muda Islam dan kelompok
Cipayung.
4.
Modernisasi Organisasi. Mendorong HMI
untuk melakukan perubahan-perubahan seiring dengan perkembangan zaman.
5.
Peningkatan Kualitas Perkaderan. Untuk
menjauhkan diri dari formalisme perkaderan.
6.
Peningkatan Kualitas Keislaman.
Mewujudkan islam sebagai ajaran dan ummat islam sebagai entitas empiriknya.
7.
Pengembangan Visi Kewirausahaan. Dapat
memberikan kontribusi yang strategis bagi kepentingan ummat dan bangsa di masa
depan.
BAB
III
PENUTUP
Simpulan
Melihat kondisi rill saat ini, serta
tantangan internal dan eksternal yang dihadapinya, maka keberadaan HMI di masa
depan ada 3 kemungkinan:
1.
HMI akan tetap eksis dan bangkit kembali
dari kemunduran dan keterpurukan yang melandanya selama lebih kurang 25 tahun.
2.
Keadaan HMI akan tetap seperti sekarang
dengan segala kekurangan dan kelebihannya.
3.
HMI akan tenggelam di tengah kemajuan teknologi.
Saran
Tantangan sekarang
tidak banyak lagi “berjuang melawan” seperti pada awal kelahiran orde baru
maupun orde reformasi. Tantangan pada saat ini lebih banyak menuntut “berjuang
untuk”, yakni sikap proaktif dan positif, dan bukan reaktif. Agaknya jika HMI
mampu melancarkan sikap seperti itu, maka menegakkan semangatnya akan tetap
bertahan dan kukuh. Kemampuan beradaptasi dengan zaman adalah prasyarat untuk
tetap survive, namun bukan berarti oportunistik, tetapi dalam kemampuan
untuk terus berkiprah, berpartisipasi dan memberi kontribusi dan aset kepada
kemajuan masyarakat bangsa secara positif.
DAFTAR
PUSTAKA
Arifin, Syamsul. 2000. Merambah Jalan Baru dalam
Beragama. Yogyakarta: Ittaqa Press
Kartodirdjo, Sartono. 1993. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah. Jakarta: Gramedia
Utama
Madjid, Nurcholis.1997. Tradisi Islam Peran dan Fungsinya dalam Pembangunan Indonesia. Jakarta:
Paramadina
Rachbini. 1990. HMI
dalam Dekade 1980-an Sebuah Refleksi Dilematis. Jakarta: PB HMI
Sitompul, Agussalim. 2005. 44 Indikator Kemunduran HMI. Kalisari: Misaka Galiza
Sitompul, Agussalim. 1997. Citra Himpunan Mahasiswa Islam. Yogyakarta: Aditya Media
Sitompul, Agussalim. 1997. HMI mengayuh di antara Cita dan Kritik. Yogyakarta: Aditya Media
Sitompul, Agussalim. 1976. Sejarah Perjuangan HMI. Surabaya: Bina Ilmu
Sitompul, Agussalim. 1997. Pemikiran Himpunan Mahasiswa Islam. Yogyakarta: Aditya Media
Sumadi. 2001. Menemukan Kembali Peran Populis HMI
Refleksi atas Kesaksian Implementasi, Visi dan Misi HMI. Bandung
Tukimin, Santo. 1966. Pengantar Administrasi dan Organisasi Perjuangan. Yogyakarta: Sinta
Urbaningrum, Anas. 1997. Menegakkan Khittah Perjuangan dan Visi HMI. Jakarta: Harian
Republika
saya izin save untuk referensi saya yunda
BalasHapusokee
BalasHapusyakusa