Makalah LK II


MAKALAH INTERMEDIATE TRAINING




“REKONSTRUKSI INSAN PARIPURNA; REINTERNALISASI NILAI DASAR PERJUANGAN MENJAWAB TANTANGAN GLOBAL”



 
DIAJUKAN UNTUK MENGIKUTI INTERMEDIATE TRAINING (LK II) CABANG PANDEGLANG, BANTEN




OLEH:
AMALLA RIZKI PUTRI

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI)
CABANG JAMBI
2013




 
KATA PENGANTAR
ﺑﺴﻢﺍﻠﻠﻪﺍﻠﺮﺤﻣﻦﺍﻠﺮﺤﻴﻡ

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Puja, puji serta syukur selalu kita panjatkan kepada Sang Maha Kuasa. Shalawat beriring salam senantiasa kita sanjungkan kepada Muhammad SAW, sang Revolusioner Sejati, kepada keluarganya, sahabatnya, serta kepada umatnya hingga akhir zaman.
            Makalah dengan tema INTERNALISASI KONSEP KHALIFAH FIL ARDH DAN PERWUJUDAN KUALITAS INSAN CITA; TANTANGAN KADER DI ERA GLOBALISASI “REKONTRUKSI INSAN PARIPURNA; REINTERNALISASI NILAI DASAR PERJUANGAN MENJAWAB TANTANGAN GLOBAL” disusun sebagai syarat dalam Latihan Kader II Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Pandeglang 26 s.d 31 Agustus 2013.

            Semoga Makalah ini dapat menjadi bahan evaluasi kritis dan diharapkan mampu memberikan solusi yang solutif untuk Himpunan tercinta ini. Akhirnya Penyusun mohon maaf atas segala kekurangan dan kekhilafan dalam penyusunan makalah ini.

Billahittaufik wal hidayah
Wassalamu’alaikumm wr. wb

Jambi, 16 Syawal 1434 H
23 Agustus 2013 M
                                                                                   

                                                                                   
Amalla Rizki Putri


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Berbicara tentag kader tidak terlepas dari manusia, karena kader adalah
“sekelompok orang yang terorganisir terus menerus dan akan menjadi tulang
punggung bagi kelompok yang lebih besar”. Jadi kita akan berbicara tentang kader yang berkualitas. Manusia adalah makhluk yang paling menakjubkan, makhluk yang unik multidimensi, serta sangat terbuka dan memiliki pontensi yang agung. Timbulnya pertanyaan siapakah kader yang berkualitas itu….? Jawabannya ini tidak mudah kita peroleh jawaban yang tepat. Biasanya orang akan menjawab pertanyaan menurut latar belakangnya, jika seorang kader menitik beratkan pada kemampuan manusia berpikir, hidup bermasyarakat, adanya usaha manusia untuk mencukupi kebutuhan hidup. Dalam Al-Qur’an manusia sebagai makhluk ciptaan Allah berupa jasmani dan rohani. Jadi seorang kader telah diberikan oleh Allah berupa jasmani dan rohani. Dalam organisasi HMI sungguh sangat banyak telah terciptanya kader, karena HMI adalah sebuah  organisasi perkaderan. Jelas terlihat, di mana HMI adalah salah satu organisasi yang sudah sangat banyak melahirkan pemimpin, itu dikarenakan di tubuh HMI pola pengkaderan yang dilakukan sudah sangat terstruktur. Seperti Akbar Tanjung, Yusuf Kalla adalah orang- orang  yang sangat besar pengaruhnya dalam negara RI ini. Dan juga seperti Azzumardy Azzara , Nurcholis Majid adalah contoh orang- orang yang telah memberikan kontribusi dalam dunia pendidikan dan masih banyak lainnya. Berbicara tentang kader-kader HMI yang telah berhasil, siapa yang tidak bangga. Itu adalah sebagian kecil kader HMI yang telah berjasa pada negara republik indonesia namun kita harus ingat bahwa keder yang berhasil adalah kader yang memiliki kualitas yang baik. Dan kader-kader dari HMI tetap di tuntut harus berjalan sesuai dengan nilai-nilai dasar perjuangaan dan tetap harus mempertahankan nilai indenpendensi lembaga yaitu Himpunan Mahasiswa Islam.
Dewasa ini, timbul permasalahan-permasalahan yang senantiasa membobrok dinding-dinding pertahanan karakter-karakter HMI. Dengan majunya teknologi dan informasi membuat kader terbuai akan “cangihnya” teknologi, sehingga membuat kader menjadi konsumtif bahkan “mati” kreatifitasnya. Maka makalah ini lebih difokuskan pada pembahasan “Rekontruksi Insan Paripurna; Reinternalisasi Nilai Dasar Perjuangan Menjawab Tantangan Global“ dengan pembahasan tentang pengertian kader berkualitas, manusia berkualitas dalam NDP, serta peran kader dalam menyelesaikan permasalahan global.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang disebutkan tadi ada beberapa masalah yang akan dibahas pada makalah ini yaitu sebagai berikut:
1.      Bagaimanakah kader yang berkualitas?
2.      Apa saja tantangan global yang melanda pada era ini?
3.      Nilai Dasar Perjuangan menjawab tantangan global
C.    Tujuan Penulisan
Ada beberapa tujuan penulisan yang akan disampaikan, diantaranya adalah sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui citra dan ciri kader berkualitas dalam konteks HMI
2.      Untuk mengetahui bagaimana seorang kader dapat mengaktualisasikan diri dalam kehidupan bermasyarakat dengan menerapkan Nilai Dasar Perjuangan
3.      Memenuhi salah satu syarat untuk mengikuti Intermediate Training yang dilaksanakan oleh Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Pandeglang pada tanggal 26 s.d 31 Agustus 2013
D.    Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode library research (penelitian kepustakaan), studi kepustakaan ini penulis gunakan untuk mendalami teori-teori dan hal lain yang ada dalam buku-buku serta tulisan-tulisan lainnya[1] yang berkaitan dengan judul yang dibahas dalam tulisan ini.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Kader
Menurut Asuransi Horenby, (dalam kamus Oxford Advance Learner’s Dictionary) dikatan bahwa “Cadre is a small group of people who are specially chosen and trained of particular purpose, or cadre is a member of this kind of group; they where to become the cards of the new community party” yang bila diartikan dalam bahasa Indonesia kader merupakan sekelompok orang yang terorganisir terus-menerus dan akan menjadi tulang punggung bagi kelompok yang lebih besar.
Dalam tubuh organisasi HMI kader adalah anggota inti, kader merupakan benteng dari serangan  serta dari dalam tubuh organisasi itu sendiri. Terdapat tiga ciri yang terintregrasi dalam seorang kader, 1) seorang kader bergerak dan terbentuk dalam organisasi, 2) seorang kader harus memiliki komitmen yang tinggi secara terus menerus dan, 3) seorang kader memiliki bakat dan kualitas sebagai tulang punggung yang mampu menyangga kesatuan kumpulan manusia yang paling besar.Jadi, fokus seorang kader terletak pada kualitas. Kader HMI adalah anggota HMI yang telah menjalani proses perkaderan  sehingga memiliki ciri kader, yamg integritas kepribadian yang utuh, beriman, berilmu, dan beramal saleh sehingga siap mengembang tugas dan amanah dalam kehidupan beragama, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang selaras dengan NDP dan AD/ADRT HMI, tidak ada kata tawar menawar.
Landasan perkaderan HMI yang dibina dalam proses perkaderan teridiri dari Landasan Teologis, dimana kesadaran sebagai makhluk-Nya yang memiliki keterbatasan dan sebagai wakil Tuhan/Khalifah di muka bumi yang memiliki kewajiban menegakkan ‘kalimah’-Nya mengharuskan kader HMI berproses terus-menerus. Kemudian jga ada landasan Ideologis dimana Islam sebagai landasan nilai dalam menjalani kehidupan. Islam universalis berwajah modern yang rajin menuntut ilmu dan senang beramal untuk kemajuan, keadilan, dan kemakmuran secara kolektif. Selain kedua landasan tersebut pola perkaderan juga berlandaskan pada landasan konstitusi, siosio kultural dan landasan historis yang tidak dijelaskan dalam makalah ini.
a.       Rekruetmen Kader
Ø  Prioritas pada kualitas tanpa mengabaikan kuantitas calon kader
Ø  Prioritas pada PT/Lembaga Pendidikan sederajat yg berkualitas
Ø  Memperhatikan integritas, potensi dasar akademik, potensi berprestasi, potensi dasar kepemimpinan, serta keinginan melakukan peningkatan kualitas individu secara terus-menerus dari calon kader.
b.      Pengabdian Kader
Ø  Penjabaran dari peranan HMI sebagai organisasi perjuangan
Ø  Jalur pengabdian dapat dilakukan di jalur akademis, dunia profesi, birokrasi dan pemerintahan, dunia usaha, social politik, TNI/Kepolisian, sosial kemasyarakatan, LSM, dll
Maksud dan tujuan dari arah perkaderan HMI ditujukan sebagai sebuah “Usaha yang dilakukan dalam rangka mencapai tujuan organisasi melalui suatu proses sadar dan sistematis sebagai alat transformasi nilai ke-Islaman dalam proses rekayasa peradaban melalui pembentukan kader berkualitas muslim-intelektual-profesional”. Dengan target yang diharapkan adalah terciptanya kader muslim-intelektual-profesional yang berakhlakul karimah serta mampu mengemban amanah Allah sebagai khalifah fil ardh dalam upaya mencapai tujuan organisasi.
Kader dalam kontek umum kehidupan juga seorang manusia, Menurut (Ahmad Azhar basyir, 1984 : 7-8) manusia di ciptakan Allah sebagai makhluk pribadi, sebagai makhluk yang hidup bersama dengan orang lain, sebagai makhluk yang hidup yang hidup di tengah alam dan sebagai makhluk yang di ciptakan dan diasuh oleh Allah Swt. Manusia sebagai makhluk pribadi, memiliki fungsi terhadap diri sendiri. Manusia sebagai anggota masyarakat memiliki fungsi terhadap masyarakat. Manusia sebagai makhluk yang hidup di tengah-tengah  alam. Sebagai makhluk  yang di ciptakan dan di asuh, berfungsi terhadap yang menciptakan dan mengasuh. Selain itu manusia sebagai makhluk pribadi terdiri dari  tiga unsur yaitu: unsur perasaan,akal,jasmani.berangkat dari pernjelasan  diatas di harapkan seorang kader yang berkualitas harus memiliki nilai sebagai makhluk yang  diciptaklan Allah swt. Sebagai manusia.untuk dapat mengaktulisasikan potensi tersebut, dibutuhkan kemampuan  dan kualitas manusia  yaitu kualitas iman, ilmu pengetahuan ,dan kualitas amal shaleh untuk dapat mengolah dang mengfungsikan potensi yang di berikan oleh Allah SWT. Inilah manifestasi yang harus dimiliki seorang kader HMI sebagai seorang mahasiswa yang berperan sebagai agent of change.
Fungsi manusia dalam Al_quran :
Ø  Fungsi Manusia terhadap diri Pribadi
Fungsi manusia terhadap diri pribadi adalah memenuhi kebutuhan-kebutuhan  unsur tersebut secara menyeluruh agar kebutuhan pribadi tetap terjaga.
Ø  Fungsi manusia terhadap masyarakat
Manusia sebagai makhluk sosial berfungsi terhadap masyarakatnya, fungsi manusia terhadap masyarakat terbangun atas dasar sifat sosial yang dimiliki oleh manusia, yaitu adanya kesediaan untuk selalu melakukan interaksi dengan sesama.
Ø  Fungsi manusia terhadap alam dan lingkungan
Fungsi manusia terhadap alam adalah bagaiman amanusia memanfatkan potensi alam untuk mencukupkan kebutuhan manusia. Dan dalam memenuhi fungsi manusia terhadap alam , hendaknya selalu di usahakan agar keselamatan manusia ttidak terganggu.
Ø   Fungsi Manusia terhadap Allah.
Fungsi manusia terhadap allah adalah dengan beribadah kepadaNya baik dalam bentuk umum dan khusus.
Fungsi kader dalam organisasi HMI adalah sebagai tenaga penggerak organisasi, sebagai calon pimpinan, dan sebagai benteng organisasi.dan secara kualitatif kader memiliki mutu,kesanggupan bekerjadan berkorban yang lebih besar dari pada anggota biasa.Karena Fungsi organisasi HMI sebagai organisai kader, maka seluiruh aktivitas harus dapat memberi kesempatan berkembang bagi kualitas- kualitas pribadi anggota-anggotanya. Jelas terlihat dlam pasal 5 anggaran Dasar HMI, tentang tujuan HMI Telah ada tuntutan, kemana kader HMI harus di arahkan. Yaitu untuk dibina dan dikembangkan , Dan mereka yang memiliki kualitas-kualitas sebagai :
a.     Mahasiswa, adalah mereka yang telah mencapai tingkat pendidikan intelektual tertentu.
b.     Kader, yaitu mereka yang memiliki kesediaan utuk berlatih dan       mengembangkan kualitas-kualitas pribadinya guna menyongsong tugas masa depan ummat dan bangsa indonesia.
c.    Pejuang yaitu mereka yang ikhlas, bersedia berbuat dan dan berkorban       guna mencapai cita-cita umat islam dan bangsa indonesia pada waktu sekarang dan mendatang.[2]

B.     Wujud Profil Kader yang Diinginkan
Latar belakang munculnya pemikiran dan berdirinya HMI adalah:
1.      Penjajahan Belanda atas Indonesia dan tuntutan perang kemerdekaan.
2.      Kesenjangan dan kejumudan Ummat Islam dalam pengetahuan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan ajaran Islam.
3.      Kebutuhan dan pemahaman dan pemahaman dan penghayatan keagamaan.
4.      Munculnya polarisasi politik.
5.      Berkembangnya faham dan ajaran komunis.
6.      Kedudukan perguruan tinggi dan dunia kemahasiswaan yang strategis.
7.      Kemajemukan bangsa Indonesia.
8.      Tuntutan modernisasi dan tantangan masa depan. [3]
Latar belakang tersebut merupakan Ad Hoc terhadap latar belakang berdirinya HMI yang pernah diteliti pada tahun 1976. [4]
Beranjak dari landasan-landasan, arah dan tujuan HMI, maka akhir kegiatan diarahkan dalam rangka membentuk profil kader yang Ideal, yaitu muslim dan muslimah intelektual profesional. Jelas terlihat dalam tiga aspek yang ditekankan dalam usaha pelaksanaan kaderisasi dalam HMI. Secara Spesifik wujud profil kader tercatat pada pasal 4 tentang tujuan dalam HMI. Yaitu lima kualitas insan cita HMI. Lima kualitas insan cita tersebut di terangkan dalam tafsir tujuan HMI, yang terdapat 17 indikator. Kualitas insan cita HMI merupakan dunia cita yakni suasana ideal yang ingin diwujudkan oleh HMI di dalam pribadi seorang beriman dan berilmu pengetahuan serta mampu melaksanakan tugas kerja kemanusiaan. Kualitas tersebut sebagimana disebutkan dalam tujuan HMI, (pasal 4 AD HMI) adalah sebagai berikut :
a.         Kualitas insan akademis
Ø  Berpendidikan tinggi, berpengetahuan luas, berpikir rasional, objektif dan kritis.
Ø  Memiliki kemampuan teoritis, mampu memformulasikan apa yang diketahui dan di rahasiakan. Dia siap berlaku dan menghadapi suasana sekeliling dengan penuh kesadaran.
Ø  Sanggup berdiri sendiri dengan lapangan ilmu pengetahuan sesuai dengan ilmu pilihannya.
b.      Kualitas insan pencipta: insan akademis, pencipta
Ø  Sanggup melihat kemungkinan-kemungkinan lain yang lebih dari sekedar yang ada dan bergairah besar untuk menciptakan bentuk-bentuk baru.
Ø  Bersifat independen dan terbuka.
Ø  Dengan ditopang kemampuan akademisnya dia mampu melaksanakan kerja kemanusiaan yang disemangati ajaran islam.
c.         Kualitas insan pengabdi: insan akademis, pencipta dan pengabdi
Ø  Ikhlas dan sanggup berkarya demi kepentingan orang banyak atau untuk semua umat.
Ø  Sadar membawa tugas insan pengabdi, bukan hanya membuat dirinya baik tetapi juga membuat kondisi sekelilingnya menjadi baik.
Ø  Insan akademis, pencipta dan mengabdi adalah yang bersungguh-sungguh mewujudkan cita- cita dan ikhlas mengamalkan ilmunya untuk kepentingan sesamanya.
d.      Kualitas insan yang bernafaskan islam: insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan islam
Ø  Islam yang telah menjiwai dan memberi pedoman pola pikir dan pola lakunya tanpa memakai merk islam.
Ø  Ajaran islam telah berhasil membentuk dalam diri kader.
e.       Kualitas insan bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur diridhai Allah SWT.
Ø  Insan akademis, pencipta dan pengabdi yang bernafaskan islam dan bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT.
Ø  Berwatak, sanggup memikul akibbat- akibat yang dari perbuatannya sadar bahwa menempuh jalan yang benar diperlukan adanya keberanian moral.
Ø  Spontan dalam menghadapi tugas, responsif dalam menghadapi persoalan-persoalan dan jauh dari sikap apatis.
Ø  Rasa tanggung jawab, taqwa kepada Allah SWT, yang menggugah untuk mengambil peran aktif dalam suatu bidang untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT.
Ø  Korektif terhadap setiap langkah yang berlawanan dengan usaha mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.
Ø  Percaya pada diri sendiri dan sadar akan kedudukannya sebagai khalifah fil Ard yang harus melaksanakan tugas-tugas kemanusiaan.[5]
Dari uraian 5 kualitas insan cita HMI, dengan tujuh belas indikator, sebagai tafsiran dari tujuan HMI sebagai normal yang harus diterapkan oleh anggota HMI pada dirinya masing-masing. Sehingga dengan sendiri akan tercipta kader-kader yang berkualitas baik dari segi moral, ilmu pengetahuan masyarakat dan  sosial.

C.    Kader Berkualitas dalam Bingkai Nilai Dasar Perjuangan
Nilai Dasar Perjuangan adalah sebuah landasan filosofis dan ideologis sekaligus sebagai spirit perjuangan dari organisasi sehingga setiap kader HMI harus mampu memahami nilai dasar perjuangan bukan hanya pada tataran yang formal tapi juga secara substansial sehingga tidak ada kontradiksi pada tataran konsep dan taktis melainkan sebuah keserasian antara landasan konseptual yang diterjemahkan pada wilayah starategis dan kebijakan yang taktis atau operasional.
Seperti yang telah dibahas dalam pembahasan sebelumnya bahwa kader yang berkualitas dalam konteks HMI sebenarnya tercermin dalam tujuan HMI yang terungkap dalam pasal 4 anggaran Dasar HMI, disana nampak jelas bahwa kader yang berkualitas yang diharapkan adalah kader yang memilki kualitas insane Akademis, insane pencipta, insane pengabdi, insane yang bertanggung jawan dan insane yang berlandasarkan nilai-nilai islam, yang pada inti tujuannya adalah mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridhai Allah SWT. Dalam mewujudkan hal tersebut seorang kader tentunya mengaktualisasikan dirinya dalam kehidupan bermasyarakat, disinilah hubungannya dengan Nilai-Nilai dasar Perjuangan dimana dalam nilai-nilai dasar perjuangan juga membahas tentang manusia, individu dan masyarakat, yang pada titik temu semuanya berorientasi pada nilai-nilai transedent (ketuhanan).

D.    Tantangan yang Dihadapi
Di penghujung abad ke-20, kita dihadapkan pada perubahan-perubahan multidimensi yang cepat dan tidak pernah terjadi. Perubahan-perubahan ini terjadi seakan-akan merupakan penjungkirbalikan tatanan kehidupan sebelumnya. Perubahan itu terjadi pada sistem nilai, termasuk pertimbangan moral yang bersifat imperatif. Sebagai contoh kecil, baru satu dekade yang lalu anak-anak jika keluar malam hari akan pulang menjelang tengah malam. Pada saat ini menjelang tengah malam mereka baru keluar rumah.
Perubahan multi dimensi itu juga menghinggapi tatanan masyarakat lain di bidang sosial, ekonomi, politik, budaya, pendidikan, moral keagamaan. Tidak ada yang tidak berubah. Yang abadi adalah perubahan itu sendiri. Berarti perubahan itu, maupun proses globalisasi adalah sesuatu yang tidak terelakkan.
Memasuki milenium baru, semua bangsa di dunia, tidak terkecuali bangsa Indonesia, sedang mengalami transformasi besar-besaran dan amat mendasar dalam semua dimensi kehidupan, ekonomi, sosial, budaya dan politik. Pada milenium baru ini, akan tumbuh masyarakat dunia baru dengan ciri yang berbeda dengan ciri-ciri masyarakat lama.oleh karena itu secara mendasar, bahwa proses transformasi itu adalah proses membangun masyarakat baru, atau lebih dikenal dengan proses kebudayaan. Ia meliputi seluruh aspek kebudayaan, baik itu aspek sosial, ekonomi maupun politik. Pembaharuan mempunyai nilai baru, menafsirkan nilai ke dalam berbagai perilaku yang baru.
Semua tantangan ini menuntut semakin diperlukannya Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Kualitas yang diperlukan itu terutama SDM yang memiliki tingkat kecerdasan dan keterampilan yang tinggi, mantap dalam wawasan dan semangat kebangsaannya, sehat dan kuat kondisi jasmaninya dan rohaninya, serta memiliki akhlak dan budi pekerti yang luhur.
Ada 2 tantangan besar yang akan dihadapi HMI, yaitu tantangan internal dan eksternal. Kajian tentang HMI saat ini menunjukkan, bahwa dalam kehidupan sekarang dan mendatang, HMI telah ditantang:
1.      Masalah eksistensi dan keberadaan HMI, walaupun HMI ada tetapi seolah-olah tidak ada karena tidak mampu melaksanakan fungsi dan perannya sebagaimana mestinya.
2.      Masalah relevansi pemikiran-pemikiran HMI, untuk melakukan perbaikan dan perubahan yang mendasar terhadap berbagai masalah yang muncul yang dihadapi bangsa Indonesia.
3.      Masalah peran HMI sebagai organisasi perjuangan yang sanggup tampil dalam barisan terdepan, kader pelopor bangsa dalam mengambil inisiatif untuk melakukan berbagai perubahan yang sangat dibutuhkan masyarakat.
4.      Masalah efektifitas HMI untuk memecahkan masalah yang dihadapi bangsa.
Berbagai tantangan eksternal juga dihadapkan kepada HMI yang tidak kalah besar dan rumitnya dari tantangan internal, antara lain:
1.      Tantangan menghadapi perubahan zaman yang jauh berbeda dari abad ke-20 dan muncul pada abad ke-21 saat ini.
2.      Tantangan terhadap peralihan generasi yang hidup dalam zaman dan situasi yang berbeda dalam berbagai aspek kehidupan khususnya yang dijalani generasi muda bangsa.
3.      Tantangan untuk mempersiapkan kader-kader dan alumni HMI, yang akan menggantikan alumni-alumni HMI yang saat ini menduduki di berbagai posisi strategis dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
4.      Tantangan menghadapi golongan lain, yang mempunyai missi lain dari umat islam dan bangsa Indonesia.
5.      Tantangan tentang adanya kerawanan aqidah.
6.      Tantangan menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang terus berkembang tanpa berhenti sejenakpun.
7.      Tantangan menghadapi perubahan dan pembaharuan di segala aspek kehidupan manusia.
8.      Tantangan menghadapi masa depan yang belum dapat diketahui bentuk coraknya.

E.     Menjawab Tantangan Permasalahan HMI
Semua permasalahan di atas menuntut kontribusi HMI menghadapi perubahan dan pergantian zaman sehingga mampu menyongsong masa depan yang lebih baik. Oleh karena itu HMI sudah siap, serta memiliki kemampuannya dengan beragam ilmu pengetahuan dan teknologi. Sesuai dengan predikat yang disandangnya HMI harus mampu menampilkan sikap dan perilaku yang positif, kreatif dan konstruktif, sesuai dengan ciri khas kemahasiswaan, keislaman, dan ke-Indonesiaan, yang senantiasa melibat dan tertanan kuat pada dirinya.
Keislaman merupakan ciri khas HMI, harus tercermin dalam semua sikap dan perilaku setiap anggota HMI. Nilai-nilai dan semangat Islamiyah haruslah mampu membawa kita ke arah kemajuan dan kemandirian. Dalam suasana yang sejuk dan nyaman, dan dinamis nilai keislaman itu hendaknya benar-benar didalami, dihayati dan diamalkan oleh setiap anggota sehingga menjadi penuntun dalam kehidupan pribadinya sehari-hari, baik dalam hubungannya dengan Allah SWT. maupun dengan sesama umat manusia dan lingkungan alam sekitarnya. Dengan demikian, setiap langkah dan alunan nafas insan HMI akan senantiasa berada dalam jalur amar ma’ruf nahimunkar, serta menjunjung tinggi akhlaqul karimah. Seluruh keluarga besar HMI akan senantiasa terdorong untuk melaksanakan perbuatan yang serba baik, serba benar dan serba bermanfaat, kapan dan dimanapun berada.
Dalam menghadapi perubahan, pergantian zaman dan menyongsong masa depan, HMI semestinya memiliki kemampuan organisasi yang handal dan mantap. Karena masalah yang dihadapi bukanlah tugas ringan, tetapi suatu tugas yang sangat berat dan rumit.
Untuk memberikan solusi dan jalan keluar terhadap berbagai masalah yang dihadapi HMI, di sini ditawarkan beberapa solusi guna mengantisipasinya.
Pertama, Sepuluh kunci pokok
1.      Mengingat tingginya kompleksitas permasalahan yang dihadapi HMI, maka seluruh jajaran HMI sejak dari komisariat, korkom,  cabang, badko, KOHATI, Lembaga Kekaryaan, dan PB HMI wajib melakukan koreksi total terhadap keberadaan HMI saat ini, untuk melihat dan mengevaluasi di mana letak kekurangan, kesalahan, serta faktor-faktor apa yang menyebabkan mundur dan memudarnya HMI.
2.      Melakukan reformasi keagamaan Islam untuk meningkatkan dan memperbaharui pengetahuan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran agama Islam bagi setiap individu anggota HMI, sehari-hari kapan dan di manapun berada.
3.      Memperkokoh kembali tradisi intelektual HMI yang pernah diraihnya, sebagai pewaris dari generasi sebelumnya.
4.      Mampu melakukan perubahan atau mereformasi diri.
5.      Setiap individu pengurus, aktivis, kader, dan anggota HMI harus bisa menjadikan dan menempatkan dirinya masing-masing sebagai tauladan dan sekaligus panutan bagi segenap warga HMI.
6.      Sanggup melawan mitos dan membangun citra positif HMI
7.      Mengakhiri dualisme dalam HMI.
8.      Memiliki kreatifitas, inisiatif untuk berbuat.
9.      HMI harus menghindari kepentingan politik sesaat.
10.  Mau melihat dan belajar dari realitas yang sebenarnya sedang dihadapi HMI dewasa ini, dengan melihat ke dalam dirinya sendiri, maupun dunia luar yang dihadapi HMI.
Kedua, Tawaran Syarifuddin Azhar
1.      Secara individual kader HMI harus menjadi profil kader modern religius, terkait dengan banyak faktor diantaranya:
a.       Bebas dari kebodohan dan kemiskinan.
b.      Mencerminkan manusia modern yang berbudaya.
c.       Memiliki motivasi untuk maju.
d.      Memiliki paradigma hidup perspektif.
e.       Memiliki potensi sebagai subjek (pelaku) perubahan sosial.
f.       Memiliki keahlian yang jelas.
g.      Memiliki disiplin dan etos kerja yang tinggi.
h.      Memiliki budaya kerja tuntas.
i.        Memiliki komitmen kebersamaan yang tinggi.
2.      Dalam konteks institusi HMI ada beberapa genda yang harus dilakukan sebagai berikut:
a.       Studying. HMI harus melakukan proses pengkajian, penelitian dan pengembangan secara intensif sesuai dengan tuntunan waktu, zaman, keadaan, tantangan serta kebutuhan cabang-cabang di wilayah aktivitasnya.
b.      Capacity Building. Potensi dasar yang memungkin HMI eksis adalah penguatan dan pengembangan SDM HMI.
c.       Voicing. Berkaitan erat dengan ada tidaknya ekstensi HMI di tengah-tengah masyarakat.
d.      Networking. HMI membutuhkan patner dalam memainkan perannya untuk ikut bertanggungjawab atas terciptanya masyarakat adil makmur dan sejahtera. [6]
Ketiga, Empat Upaya Terpadu dari Muhammad Yahya Zaini
1.      Revitalisasi. Perwujudan dari tekad secara sadar dan bertanggungjawab disertai oleh keyakinan yang mendasar untuk terus melanjutkan pilihan sejarahnya sesuai dengan cita dan tujuan organisasi.
2.      Reaktualisasi. Upaya untuk melanjutkan, mendinamisasikan dan menumbuhkembangkan penghayatan dan pengalaman HMI terhadap nilai-nilai keislaman dan ke-Indonesiaan, secara utuh, padu, harmonis, dan menyeluruh.
3.      Refungsionalisasi. Upaya keharusan kreatif dan terus-menerus guna mengembangkan struktur dan fungsi-fungsi organisasi.
4.      Restrukturisasi. Manusia senantiasa secara kreatif menciptakan struktur dan fungsi-fungsi tertentu, sehingga dengan demikian eksistensinya dapat tumbuh dan berkembang dalam suatu sistem yang organik.
Keempat, Tawaran Anas Urbaningrum
1.      Politik Etis HMI. HMI harus paham dengan dinamika politik sehingga dapat memposisikan memposisikan HMI sebagai subjek politik, dan bukan objek politik.
2.      Peningkatan Visi Intelektual. Membangkitkan kembali kekuatan intelektual karena HMI dituntut untuk melanjutkan prestasi sejarah tersebut.
3.      Penguatan Basis. HMI harus mengembangkan keterlibatan dan interkasinya, antara Generasi Muda Islam dan kelompok Cipayung.
4.      Modernisasi Organisasi. Mendorong HMI untuk melakukan perubahan-perubahan seiring dengan perkembangan zaman.
5.      Peningkatan Kualitas Perkaderan. Untuk menjauhkan diri dari formalisme perkaderan.
6.      Peningkatan Kualitas Keislaman. Mewujudkan islam sebagai ajaran dan ummat islam sebagai entitas empiriknya.
7.      Pengembangan Visi Kewirausahaan. Dapat memberikan kontribusi yang strategis bagi kepentingan ummat dan bangsa di masa depan.



BAB III
PENUTUP

Simpulan
Melihat kondisi rill saat ini, serta tantangan internal dan eksternal yang dihadapinya, maka keberadaan HMI di masa depan ada 3 kemungkinan:
1.      HMI akan tetap eksis dan bangkit kembali dari kemunduran dan keterpurukan yang melandanya selama lebih kurang 25 tahun.
2.      Keadaan HMI akan tetap seperti sekarang dengan segala kekurangan dan kelebihannya.
3.      HMI akan tenggelam di tengah kemajuan teknologi.

Saran
Tantangan sekarang tidak banyak lagi “berjuang melawan” seperti pada awal kelahiran orde baru maupun orde reformasi. Tantangan pada saat ini lebih banyak menuntut “berjuang untuk”, yakni sikap proaktif dan positif, dan bukan reaktif. Agaknya jika HMI mampu melancarkan sikap seperti itu, maka menegakkan semangatnya akan tetap bertahan dan kukuh. Kemampuan beradaptasi dengan zaman adalah prasyarat untuk tetap survive, namun bukan berarti oportunistik, tetapi dalam kemampuan untuk terus berkiprah, berpartisipasi dan memberi kontribusi dan aset kepada kemajuan masyarakat bangsa secara positif.










DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Syamsul. 2000. Merambah Jalan Baru dalam Beragama. Yogyakarta: Ittaqa Press
Kartodirdjo, Sartono. 1993. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah. Jakarta: Gramedia Utama
Madjid, Nurcholis.1997. Tradisi Islam Peran dan Fungsinya dalam Pembangunan Indonesia. Jakarta: Paramadina
Rachbini. 1990. HMI dalam Dekade 1980-an Sebuah Refleksi Dilematis. Jakarta: PB HMI
Sitompul, Agussalim. 2005. 44 Indikator Kemunduran HMI. Kalisari: Misaka Galiza
Sitompul, Agussalim. 1997. Citra Himpunan Mahasiswa Islam. Yogyakarta: Aditya Media
Sitompul, Agussalim. 1997. HMI mengayuh di antara Cita dan Kritik. Yogyakarta: Aditya Media
Sitompul, Agussalim. 1976. Sejarah Perjuangan HMI. Surabaya: Bina Ilmu
Sitompul, Agussalim. 1997. Pemikiran Himpunan Mahasiswa Islam. Yogyakarta: Aditya Media
Sumadi. 2001. Menemukan Kembali Peran Populis HMI Refleksi atas Kesaksian Implementasi, Visi dan Misi HMI. Bandung
Tukimin, Santo. 1966. Pengantar Administrasi dan Organisasi Perjuangan. Yogyakarta: Sinta
Urbaningrum, Anas. 1997. Menegakkan Khittah Perjuangan dan Visi HMI. Jakarta: Harian Republika



        





Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Landasan Teori Perubahan Wujud Zat

Contoh Proposal Pengadaan Barang

RPP Kurikulum 2013 Suhu, Kalor, dan Perpindahan Kalor