Makalah: Keterlambatan Seorang Siswa dalam Proses Pembelajaran


Tugas Makalah Individu:
Keterlambatan Seorang Siswa dalam Proses Pembelajaran Fisika


Dosen Pengampu:
Dra. Jufrida, M.Si.
NIP. 19660809 199303 2 002


 

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Individu Matakuliah Dasar-Dasar MIPA

Disusun Oleh:
Amalla Rizki Putri
NIM. A1C311011


Program Studi Pendidikan Fisika
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Jambi
2012
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.       Latar Belakang
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, lambat berarti perlahan-lahan, tidak cepat, memerlukan waktu yang banyak, tidak tepat waktunya, ketinggalan. Keterlambatan berarti suatu perilaku lambat atau tidak cepat sehingga memerlukan waktu yang banyak dan mengakibatkan ketinggalan.
Siswa merupakan sekelompok orang dengan usia tertentu yang belajar, baik secara kelompok maupun perorangan. Pelajar juga disebut murid atau pelajar.
Belajar merupakan suatu perilaku menuntut ilmu, dari tiak tahu menjadi tahu. Pembelajaran merupakan adanya interaksi antarguru dan siswa dalam suatu proses belajar. Proses pembelajaran adalah suatu perilaku interaksi antar guru dan siswa dalam proses belajar dengan menggunakan langkah-langkah tertentu.
Fisika merupakan ilmu pengetahuan alam yang mempelajari tentang gejala alam dan hal-hal yang menyebabkan terjadinya proses tersebut. Dalam ilmu fisika banyak ditemukan konsep-konsep alam beserta formula yang menyertainya.
Dalam proses pembelajaran fisika, terutama kelas yang melebihi kapasitasnya, akan membuat kurang kondusifnya proses pembelajaran. Tak heran jika terjadi tidak meratanya materi pelajaran yang dipahami oleh siswa sehingga membuat siswa tersebut terlambat dalam arti kata terlambat memahami materi pembelajaran daripada siswa yang lainnya.

1.2.       Rumusan Masalah
Dalam sebuah kelas terdapat beberapa siswa yang dapat dikatakan terlambat dalam hal memahami materi pada proses pembelajaran fisika.

1.3.       Tujuan dan Manfaat Penulisan
Dapat menanggulangi serta memberikan solusi terhadap keterlambatan siswa dalam proses pembelajaran fisika pada setiap kelas.




BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1.       Hakikat Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
2.1.1.    Hakikat Matematika
Matematika disebut ilmu deduktif, sebab dalam matematika tidak menerima generalisasi yang berdasarkan pada observasi, eksperimen, induktif seperti halnya ilmu pengetahuan alam dan ilmu-ilmu pengetahuan umumnya. Kebenaran generalisasi dalam matematika harus dapat dibuktikan secara deduktif.
Matematika adalah bahasa, sebab matematika merupakan bahasa simbol yang berlaku secara universal (internasional) dan sangat padat makna dan pengertiannya.
Matematika disebut ratunya ilmu, karena matematika adalah bahasa, ilmu deduktif, ilmu tentang pola keteraturan, ilmu tentang struktur yang terorganisasikan dengan baik dan merupakan alat serta pelayan ilmu lainnya.
Matematika adalah ilmu tentang struktur yang terorganisasi, sebab berkembangnya dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke postulat/aksioma, dan ke dalil/teori. Komponen-komponen matematika ini membentuk suatu sistem yang saling berhubungan dan terorganisir dengan baik.
Matematika adalah ilmu tentang pola dan  hubungan sebab dalam matematika sering dicari keseragaman seperti keterurutan, dan keterkaitan pola dari sekumpulan konsep-konsep tertentu atau model-model tertentu yang merupakan representasinya, sehingga dapat dibuat generasinya untuk membuktikan kebenarannya secara deduktif.
2.1.2.    Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu Pengetahuan Alam sebagai institusi, yaitu eksistensinya dalam masyarakat yang merupakan suatu bidang profesi seperti halnya bidang-bidang profesi yang lain misalnya bidang hukum, kedokteran, dan sebagainya.
Ilmu Pengetahuan Alam sebgai kumpulan pengetahuan ilmiah yang telah disusun secara logis dan sistematis.
Ilmu Pengetahuan Alamsebagai suatu metode yang mempunyai langkah-langkah tertentu yang merupakan pola berpikir deduktif maupun induktif.
Ilmu Pengetahuan Alam sebagai suatu alat untuk menguasai dan memelihara alam serta mengembangkan produksi guna kesejahteraan mahasiswa.
Ilmu Pengetahuan Alam sebagai suatu faktor utama yang memperngaruhi keperayaan, pola pikir dan sikap manusia terhadap alam semesta.
2.1.3.    Nilai-Nilai Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu Pengetahuan Alam mempunyai nilai etik yang luhur karena ia menempatkan kebenaran yang objektif pada tempat yang paling utama. Lain daripada itu, dikalangan kaum ilmuan terdapat saling percaya dalam kemandiriannya serta tetap menghormati para perintis Ilmu Pengetahuan Alam yang telah menjembatani temuan-temuan berikutnya. Ilmu Pengetahuan Alam sendiri pada hakikatnya adalah netral dan suci, namun dalam aplikasinya mempunyai dua arah. Yang pertama mempunyai nilai moral/ humaniora yang luhur sedangkan yang lain dapat bertolak belakang atau immoral. Ilmu Pengetahuan Alam juga mempunyai nilai ekonomi meskipun tak dapat langsung dirasakan.
Sikap-sikap ilmiah yang luhur dapat dibangun melalui proses Ilmu Pengetahuan Alam antara lain sikap mencintai kebenaran, sikap tidak purbasangka, sikap rendah hati, lebih yakin tentang adanya sang Maha Pencipta, sikap toleran, sikap tidak putus asa, sikap teliti dan hati-hati, sikap ingin tahu, dan sikap optimis.
Ilmu Pengetahuan Alam mempunyai sifat terbatas karena memang membatasi diri pada objek-objek alam semesta yang nyata, dengan demikian Ilmu Pengetahuan Alam tidak dapat menjangkau tentang ajaran agama, etika maupun estetika. Bahkan hasil pengamatan tentang objek pengamatan yang nyata sekalipun, Ilmu Pengetahuan Alam tidak luput dari keterbatasan. Oleh karena itu, Ilmu Pengetahuan Alam bersifat relatif atau tentatif yaitu bersifat sementara dan terus-menerus dapat diperbaiki.


2.2.       Pendekatan dan Metode Pendidikan Matematika
2.2.1.      Pendekatan dan Metode Pendidikan Matematika
Cara mengajar dibedakan menjadi metode, teknik dan pendekatan mengajar. Pendekatan disebut menurut konsep atau prosedur yang digunakan untuk membahas bahan pelajaran.
Pendekatan induktif menarik kesimpulan dari hal-hal khusus menjadi hal yang umum dan bisa disebut generalisasi. Pendekatan deduktif menarik kesimpulan dari hal yang umum menjadi hal yang khusus.
Metode ceramah dan ekspositori merupakan metode mengajar yang berpusat pada guru akan didominasi oleh guru. Cara mengajar yang paling banyak digunakan dalam proses belajar-mengajar matematika adalah metode ekspositori. Pada metode ekspositori dominasi guru agak berkurang, sedangkan aktifitas murik agak meningkat dibandingkan metode ceramah.
Konsep dalil, pola, atau rumus yang diajarkan dengan metoda penemuan (terpimpin) kegiatan siswa dibimbing dengan diarahkan oleh guru. Yang ditemukan siswa bukan hal yang betul-betul baru, tetapi sesuatu yang baru bagi siswa. Pelaksanaan metode penemuan bisa dilakukan dengan dialog tanya-jawab atau dengan menggunakan lembaran kerja untuk diselesaikan dengan siswa. Pembahasan materinya dapat dengan pendekatan induktif, deduktif, atau kedua-duanya. Metode penemuan tidak dapat dipakai untuk tiap topik matematika.
Yang dimaksud dengan masalah dalam matematika bagi siswa adalah soal matematika yang harus ada dalam jangkauan kemampuan siswa. Siswa belum mengetahui algoritmanya untuk menyelesaikannya. Suatu masalah bagi seseorang belum tentu masalah bagi orang lain. pelaksanaan metode pemecahan masalah urutannya dimulai dengan merumuskan dengan jelas masalahnya, menentukan hipotesis, menentukan strategi, melaksanakan prosedur, dan memeriksa hasilnya.
2.2.2.      Dasar-Dasar Keterampilan Matematika serta Peranan Matematika dalam Ilmu Pengetahuan Alam, Teknologi dan Masyarakat
Keterampilan matematika merupakan salah satu objek langsung di dalam belajar matematika yang berkaitan dengan memberikan jawaban yang benar dan cepat. Keterampilan siswa dalam matematika adalah kemampuan siswa untuk menjalankan prosedur-prosedur dan operasi-operasi di dalam matematika secara cepat, cermat dan benar.
Keterampilan dasar matematika harus mencakup lebih dari hanya keterampilan dalam berhitung. Keterampilan dasar matematika meliputi keterampilan dalam algoritma, rumus atau dalil, lukisan dasar geometri, pengumpulan data, dan sebagainya.
Matematika diajarkan di sekolah karena dilihat dari kegunaannya diantaranya untuk memecahkan persoalan sehari-hari dan persoalan ilmu lainnya. Alasan lainnya sama seperti ilmu-ilmu lainnya untuk memelihara dan mengembangkan matematika itu sendiri.
Kemajuan sains dan teknologi serta upaya-upaya manusia ke arah keajuan dan megatasi pengaruh lingkungan didasarkan pada perhitungan-perhitungan ilmuan yang ditunjang oleh matematika.
Matematika sebagai suatu cara manusia berpikir dengan berbagai nilai dan kegunaannya diperlukan oleh warga negara umumnya, siswa atau pelajar, dan negara.

2.3.       Pendekatan dan Metode Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam
2.3.1.      Cara-cara Memotivasi dalam Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam
Cara-cara memotivasi siswa dalam proses belajar-mengajar dapat dirancang berdasarkan pengenalan terhadap masalah-masalah yang dapat mempengaruhi timbulnya motivasi belajar. Masalah-masalah tersebut bersumber pada interaksi antara para siswa di kelas, hubungan antara guru dengan siswa dan hal-hal pokok yang berhubungan dengan proses belajar-mengajar.
Masalah yang berhubungan dengan interaksi antarra para siswa meliputri sikap guru terhadap siswa, persaingan antarsiswa dan rasa keterlibatan diri siswa dalam lingkungannya.
Masalah yang melibatkan hubungan antara guru dengan siswa meliputi sikap guru terhadap siswa, peraturan dan tugas-tugas yang diberikan kepada siswa, ganjaran terhadap usaha siswa belajar yang meliputi hadiah, pujian dan hukuman terhadap siswa, serta hal-hal lain yang berhubungan langsung dengan pribadi guru sebagai pengelola proses belajar-mengajar.
Masalah yang berhubungan dengan proses belajar-mengajar secara langsung di kelas diantaranya meliputi informasi tentang tujuan belajar kepada siswa, pengelolaan proses belajar-mengajar dan cara mengevaluasi hasil belajar siswa. Tujuan belajar dapat dinyatakan dalam perubahan tingkah laku siswa yang diharapkan terjadi setelah proses belajar-mengajar, dan merupakan hasil-hasil belajar yang meliputi informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap dan keterampilan motor. Dalam pengelolaan proses belajar-mengajar perlu dipilih pendekatan dan metode yang sesuai dengan masalah yang dipelajari. Evalusi hasil belajar perlu dilaksanakan dengan memperhatikan selang waktu pelaksanaan yang cukup, pengambilan hasil pada waktunya, aspek soal perlu sesuai dengan TIK, cara penilaian yang memadai dan perlu diadakan pengukuran yang meliputi domain kognitif, afektif, dan psikomotor.
Untuk memotivasi siswa dalam proses belajar-mengajar IPA kita dapat berpedoman pada prinsip-prinsip kebermaknaan, prasyarat, modeling, menarik, partisipasi dan keterlibatan, penarikan bimbingan secara berangsur, penyebaran jadwal, konsekuensi dan kondisi yang menyenangkan, serta komunikasi terbuka.
2.3.2.      Implikasi Pendekatan dan Metode Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam
Untuk menunjang terlaksanaannya pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam dengan baik, harus diperhatikan beberapa hal antara lain:
2.3.2.1.     Faktor guru:
1.        Menguasai bidang studi yang diajarkan
2.        Mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan
3.        Mempunyai keterampilan merakit alat
4.        Membimbing siswa
5.        Menyadari bahwa siswa tidak akan dididik menjadi seorang spesialis Fisika atau sebagainya
6.        Tidak selalu mengharapkan jawaban yang benar dari siswa
7.        Terampil dalam bertanya
8.        Tidaknperlu rendah diri
9.        Bertindak sebagai katalisator dan fasilitator
10.    Menyadari bahwa tidak semua ilmu dalam IPA dapat dibuktikan
11.    Menyadari bahwa kemampuan bakat dan minat siswa berbeda-beda.
12.    Menjadi contoh teladan dan figur panutan
2.3.2.2.     Faktor murid dan bahan pelajaran:
1.        Memperhatikan dan membantu murid
2.        Menjelaskan tujuan  setiap percobaan
3.        Percobaan IPA harus merangsang siswa untuk berpikir
4.        Percobaan yang akan dilakukan bukan percobaan yang baru
5.        Urutan pelajaran harus dimulai dari yang sederhana ke yang sulit
6.        Urutan pelajaran harus dimulai dari yang konkrit ke abstrak
7.        Urutan pelajaran harus dimulai darihal-hal khusus ke umum
8.        Urutan pelajaran harus dimulai dari hal-hal yang dikenal murid ke tidak dikenal
9.        Urutan pelajaran harus dimulai dari hal-hal yang diketahui murid ke yang belum diketahui
2.3.2.3.     Faktor motivasi:
1.        Prinsip kebermaknaan
2.        Prinsip aktraktif
3.        Prinsip modeling
4.        Prinsip pre-rekuisit
5.        Prinsip penyebaran jadwal
6.        Prinsip evaluasi hasil belajar secara teratur
2.3.2.4.     Sarana penunjang:
1.        Ruang kelas
2.        Laboratorium
3.        Peralatan dan bahan
4.        Perpustakaan
5.        Sumber belajar lainnya

2.4.       Keterkaitan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dalam Teknologi dan Masyarakat
2.4.1.      Hubungan Ilmu Pengetahuan Alam dan Matematika
Ilmu Pengetahuan Alam selalu berhubungan dengan mengukur atau menghitung sebab itu Ilmu Pengetahuan Alam dan Matematika mempunyai hubungan yang sangat erat.
Suatu prinsip atau hukum Ilmu Pengetahuan Alam adakalanya dimulai dari eksperimen baru kemudian disusun dalam rumus matematik tetapi adakalanya juga prinsip atau hukum Ilmu Pengetahuan Alam itu dimulai dari perumusan teoretis matematik dengan kemampuan daya nalar pikir manusia, sesudah itu dibuktikan dengan eksperimen.
Ilmu Pengetahuan Alam lebih cepat berkembang daripada ilmu yang lain  karena objek Ilmu Pengetahuan Alam adalah benda, benda hidup atau benda mati yang mudah dikontrol, diukur dan diamati. Selain itu, prinsip atau hukum Ilmu Pengetahuan Alam biasanya selalu dapat dinyatakan dalam rumusan kuantitatif matematik. Dan penemuan Ilmu Pengetahuan Alam cepat dapat dimanfaatkan menjadi teknologi, melai dari teknologi sederhana sampai teknologi canggih.
2.4.2.      Peranan Ilmu Pengetahuan Alam dalam Teknologi dan Masyarakat
Dewasa ini, Ilmu Pengetahuan Alam telah merupakan aspek dasar berkembangannya teknologi. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu yang selalu diperbaharui sehingga teknologi pun ikut berkembang sesuai dengan berkembangnya Ilmu Pengetahuan Alam.
Masyarakat sangatlah bergantung pada Ilmu Pengetahuan Alam, karena Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu tentang keseharian. Dengan berkembangnya Ilmu Pengetahuan Alam, maka berkembang juga peradaban masyarakat, dari tradisional hingga modern.










BAB III
METODE PENELITIAN

Proses pembelajaran biasanya melibatkan beberapa aspek, diantanya guru, siswa, lingkungan, kurikulum, sarana dan prasarana, dan lain sebagainya. Jika salah satu aspek tidak lengkap, maka proses pembelajaran dapat dikatakan tidak berjalan kondusif.
Dalam proses pembelajaran ada beberapa metode-metode yang digunakan oleh guru. Salah satunya saat proses pembelajaran fisika guru dapat menggunakan beberapa metode, diantaranya metode ceramah, metode demonstrasi, metode percobaan, metode tanya jawab, metode diskusi, dan banyak lagi. Sulitnya materi fisika membuat sebagaian siswa terlambat memahami materi pelajaran fisika. Dewasa ini, para guru telah berusaha memberikan kreasi dalam mengajar mata pelajaran fisika, tetapi masih saja ada siswa yang terlambat memahami materi disaat siswa yang lain sudah harus melanjutkan proses pembelajar.
Dalam sebuah kelas, ada seorang siswa yang sedikit terlambat, dalam arti kata siswa tersebut kesulitan dalam memahami materi. Sedangkan, siswa yang lainnya harus melanjutkan materi selanjutnya, karena jika tidak dilanjutkan maka pembelajaran mereka berarti terhambat. Tetapi siswa yang terlambat tadi masih belum mengerti mengenai materi yang dijelaskan.
Keterlambatan siswa merupakan salah satu masalah pendidikan yang sering terjadi di berbagai sekolah negeri maupun swasta, kota maupun kabupaten. Selain itu, masalah ini juga mengakibatkan tidak kondusifnya proses pembelajaran karena untuk melanjutkan materi, siswa harus mengerti materi sebelumnya. Sehingga, permasalahan ini merupakan masalah yang harus diperhatikan lebih lanjut oleh pemerintah karena akibatnya yang begitu berpengaruh pada peningkatan pendidikan Indonesia.









BAB IV
ANALISIS DAN SINTESIS

Menurut Ir. Hastuti Wibowo seorang mahasiswa Megister MIPA Universitas Jambi dalam Pelatihan Guru Inspiratif, guru harus membuat suasana belajar sekondusif mungkin sehingga siswa mampu melaksanakan proses pembelaran dengan baik, jika terdapat permasalahan pada siswa yang terlambat memahami materi, maka guru tidak harus melakukan metode one by one yang menyebabkan proses pembelajaran siswa lain terhambat, karena pada akhir pembelajaran hasil evaluasi akan menjadi gambaran materi yang didapat siswa dan siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) akan melaksanakan remedial, dengan pemecahan indikator maka guru akan mengetahui materi mana yang tidak dimengerti siswa dan dapat di jelaskan kembali diwaktu yang berbeda sehingga proses pembelajaran lebih kondusif.
Suasana proses pembelajaran akan menjadi kondusif jika seluruh aspek terpenuhi. Selain itu, guru haruslah menjadi sosok yang membuat siswa tertarik pada materi yang dijelaskannya agar tercapainya keseluruhan tujuan proses pembelajaran. Tujuan proses pembelajaran merupakan tolak ukur tercapainya proses pembelajaran. Jika tujuan terpenuhi berarti proses pembelajaran berlangsung kondusif.
Perbedaan kemampuan menjadi penghambat proses pembelajaran. Siswa yang memiliki sikap aktif akan mempasifkan siswa yang lain, siswa yang cepat tanggap akan melambatkan orang lain. Oleh sebab itu, guru harus mengibangi siswanya dengan metode-metode pembelajaran yang sesuai agar tujuan dari proses pembelajaran dapat tercapai.
Mengenai permasalahan tadi, guru haruslah dapat membuat agar siswa tertarik untuk memperhatikan penjelasan materi. Tetapi bila cara ini tidak berhasil, guru harus memberi soal guna sebagai evaluasi materi yang disampaikan. Dari hasil evaluasi akan terlihat siswa yang memperhatikan materi yang disampaikan dan siswa yang tidak memperhatikan materi yang disampaikan. Sehingga, guru dapat memberikan remedial kepada siswa yang nilainya di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) dengan berisi soal-soal yang indikatornya telah dibagi-bagi. Dari hasil remedial maka guru akan mengetahui materi mana yang tidak dimengerti oleh siswanya. Sehingga guru dapat memberikan materi tambahan kepada siswa hingga siswa tersebut dapat mengimbangi siswa lainnya.



BAB V
PENUTUP

5.1.       Simpulan
Dengan memberikan evaluasi kepada siswa maka guru akan mengetahui kemampuan siswa akan materi yang disampaika guru. Untuk siswa yang mendapat nilai di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) dapat diberikan remedial dengan syarat indikator materi lebih dibagi-bagi sehingga memudahkan guru untuk mengetahui materi mana yang belum dimengerti siswanya, sehingga guru dapat memberikan materi yang tepat kepada siswa berkenaan dengan kurang mengertinya siswa dalam memahami materi yang disampaikan guru.

5.2.       Rekomendasi
Keterlambatan siswa dalam memahami materi bukanlah kesalahan siswa semata, tetapi guru sebagai pemateri seringkali monoton dalam penyampaian materi sehingga membuat siswa enggan lama memperhatikan materi yang disampaikan guru. Guru haruslah dapat membuat agar siswa tertarik untuk memperhatikan penjelasan materi dengan menggunakan metode-metode yang berkreasi sehingga tidak membuat siswa jenuh belajar.















DAFTAR PUSTAKA

Hudoyo, Herman. 1979. Pengembangan Kurikulum Matematika danPelaksanaannya di Depan Kelas. Surabaya: Usaha Nasional.
Norris, E.T. 1973. Mathematic for the Mayority, Algebra of Sort. London: Chatto and Windus Educationalfor The School Council.
Bernald, J. D. 1969. Science in History, Middlesex, vol.1 . England: Penguin Book Ltd.
Rom Harre. 1985. The Philosophies of Science Today. London: Basic Books, Inc.
Suyono. 1981. Usaha-usaha MembangkitkanMinat terhadap Matematika. Jakarta:P3G Depdikbud.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Landasan Teori Perubahan Wujud Zat

Contoh Proposal Pengadaan Barang

RPP Kurikulum 2013 Suhu, Kalor, dan Perpindahan Kalor