Makalah: Penggunaan blended learning, interactive multimedia, virtual laboratory, dan mind mapping untuk meningkatkan penguasaan konsep materi gerak melingkar dan hukum tentang gravitasi

PENGGUNAAN BLENDED LEARNING, INTERACTIVE MULTIMEDIA, VIRTUAL LABORATORY, DAN MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP MATERI GERAK MELINGKAR DAN HUKUM TENTANG GRAVITASI



MAKALAH



Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok
Mata Kuliah Fisika Lanjut I dan Pembelajarannya



KELOMPOK 3:
NOVITA SRI CAHYATI (NIM. P2A519002)
AMALLA RIZKI PUTRI (NIM. P2A519004)











PROGRAM STUDI MAGISTER
PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PASCASARJANA
UNIVERSITAS JAMBI
2020



BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Fisika merupakan salah satu pelajaran yang kurang diminati. Hal ini terlihat ketika pembelajaran berlangsung hanya sebagian kecil siswa yang aktif. Selain itu, hasil belajar yang cenderung rendah mengindikasi karena kurangnya minat siswa. Pasalnya, pelajaran fisika memuat konsep-konsep di sekitar yang tak tampak atau abstrak disertai rumus-rumus yang dianggap rumit oleh siswa. Sehingga, pembelajaran fisika sering kali ditakuti dan dianggap hal yang tabu bagi siswa.

Kurangnya minat siswa dalam belajar mempengaruhi penguasaan konsepnya. Guru menjelaskan konsep kepada siswa dengan minat rendah membuat informasi tidak diterima dengan baik oleh siswa. Karena untuk memahami konsep dan menguasainya dibutuhkan perhatian dan minat yang tinggi dari siswa. Dengan kurangnya minat siswa terhadap pembelajaran fisika, maka penguasaan konsepnya pun menjadi rendah.

Rendahnya penguasaan konsep siswa dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu kurangnya minat dan motivasi, serta kurangnya sumber belajar. Sedangkan faktor eksternal berupa, cara mengajar guru, waktu pembelajaran, serta media yang digunakan.

Ada empat cara efektif untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa. Keempat cara tersebut yaitu dengan blended learning, penggunaan interactive multimedia, virtual laboratory, dan mind mapping. Penguasaan konsep harus ditingkatkan karena hal ini merupakan salah satu tujuan dari pembelajaran. Penelitian terdahulu telah melakukan penelitian dan keempat cara tersebut paling efektif dalam meningkatkan penguasaan konsep siswa.

Blended learning merupakan teknik pembelajaran yang memadukan pembelajaran tatap muka dan e-learning. Pembelajaran tatap muka yaitu pembelajaran yang dilaksanakan langsung oleh guru kepada peserta didik seperti di sekolah. E-learning yaitu pembelajaran daring via digital yang dapat dilakukan dari tempat yang berjauhan. Blended learning digunakan karena waktu yang dibutuhkan dalam melaksanakan pembelajaran tatap muka tidak efektif. Guru membutuhkan waktu lebih untuk membelajarkan seluruh materi. Sehingga blended learning merupakan salah satu alternatif untuk pembelajaran efektif dan efisien untuk meningkatkan pemahaman konsep peserta didik karena ada penambahan waktu di luar pembelajaran tatap muka di sekolah.

Interactive multimedia merupakan salah satu media yang dapat meningkatkan pemahaman konsep peserta didik. Karena media ini menyatukan teks, gambar, audio, video, dan animasi serta alat pengontrol yang dapat digunakan pengguna. Sehingga konsep-konsep yang abstrak dapat dijelaskan dengan baik.

Virtual laboratory merupakan media eksperimen yang dilakukan peserta didik menggunakan digital. Seperti eksperimen listrik. Untuk melihat pergerakan elektron, dibutuhkan media yang multirepresentatif. Sehingga efektif dalam meningkatkan penguasaan konsep peserta didik.

Mind Mapping merupakan suatu teknik mencatat yang mengembangkan gaya belajar visual. Teknik ini memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat di dalam diri seseorang. Dengan adanya keterlibatan kedua belahan otak maka memudahkan seseorang untuk mengatur dan mengingat segala bentuk informasi, baik secara tertulis maupun verbal. Adanya kombinasi warna, simbol, bentuk dan sebagainya memudahkan otak dalam menyerap informasi yang diterima. Sehingga penguasaan konsep peserta didik meningkat.

Berdasarkan penjelasan tersebut, kami sepakat membuat karya tulis dengan fokus mendeskripsikan penggunaan blended learning, interactive multimedia, virtual laboratory, dan mind mapping dapat meningkatkan penguasaan konsep peserta didik untuk dijelaskan dalam makalah ini. Dengan makalah ini, diharapkan pembaca mengetahui cara meningkatkan penguasaan konsep peserta didik dengan penggunaan blended learning, interactive multimedia, virtual laboratory, dan mind mapping. Sehingga dapat menjadi bahan bacaan dan rekomendasi yang bermanfaat dalam dunia pendidikan.

PERTANYAAN
  1. Bagaimanakah penggunaan blended learning dalam meningkatkan penguasaan konsep peserta didik?
  2. Bagaimanakah penggunaan interactive multimedia dalam meningkatkan penguasaan konsep peserta didik?
  3. Bagaimanakah penggunaan virtual laboratory dalam meningkatkan penguasaan konsep peserta didik?
  4. Bagaimanakah penggunaan mind map dalam meningkatkan penguasaan konsep peserta didik?


TUJUAN PENULISAN
  1. Untuk mendeskripsikan penggunaan blended learning dalam meningkatkan penguasaan konsep peserta didik?
  2. Untuk mendeskripsikan penggunaan interactive multimedia dalam meningkatkan penguasaan konsep peserta didik?
  3. Untuk mendeskripsikan penggunaan virtual laboratory dalam meningkatkan penguasaan konsep peserta didik?
  4. Untuk mendeskripsikan penggunaan mind map dalam meningkatkan penguasaan konsep peserta didik?


BAB II
PEMBAHASAN

KELUASAN DAN KEDALAMAN MATERI

KELUASAN MATERI
Keluasan materi menjelaskan banyaknya materi-materi yang terhimpun dalam sebuah pembelajaran. Tentunya terdapat perbedaan antara keluasan materi untuk tingkat SD, SMP, SMA, maupun Perguruan Tinggi. Perbedaan ini muncul karena perbedaan kemampuan berpikir dan pemahaman dasar dari peserta didik. Keluasan materi gerak melingkar dan hukum tentang gravitasi akan dijelaskan sebagai berikut.

1. Materi gerak melingkar
Gerak melingkar merupakan materi yang diajarkan pada tingkat SMA, yaitu kelas X. Sedangkan pada tingkat SMP, materi gerak yang menjadi pembahasan hanyalah gerak lurus beraturan (GLB) dan berubah beraturan (GLBB). Di tingkat SMP belum memasuki pemahaman mengenai gerak melingkar.
Materi gerak melingkar tingkat SMA mencakup:
1) Gerak melingkar dengan laju konstan
2) Besaran fisis pada gerak melingkar
a) Periode dan frekuensi
b) Kelajuan linear
c) Kecepatan sudut
d) Gaya sentripetal
3) Penerapan gaya sentripetal
a) Benda digantung dengan tali diputar dengan arah vertikal
b) Benda digantung dengan tali diputar dengan arah hirozontal
c) Benda bergerak di dalam bidang lingkaran vertikal
d) Benda bergerak di luar bidang lingkaran vertikal
e) Alat sentrifugal
f) Ayunan konis
g) Benda bergerak pada tikungan miring

2. Materi hukum tentang gravitasi
Hukum tentang gravitasi merupakan salah satu materi yang diajarkan pada tingkat SMP dan SMA. Biasanya materi ini diajarkan pada kelas VII dan X. Pada tingkat SMP, bahasan materi ini hanya bagian subbab dari tata surya. Berbeda pada tingkat SMA yang terangkum dalam satu bab.
Materi hukum tentang gravitasi tingkat SMP mencakup:
1) Hukum I Kepler
2) Hukum II Kepler
3) Hukum III Kepler
Materi hukum tentang gravitasi tingkat SMP mencakup:
1) Gaya gravitasi antarplanet
2) Kuat medan gravitasi
3) Percepatan gravitasi
4) Hukum Kepler
a) Hukum I Kepler
b) Hukum II Kepler
c) Hukum III Kepler

KEDALAMAN MATERI

Kedalaman materi menjelaskan mengenai kerumitan materi tersebut. Selain itu, perbedaan kedalaman materi untuk tingkat yang berbeda (seperti SMP dan SMA) juga dapat dilihat berdasarkan taksonomi dan pendekatan saintifik. Berikut penjelasan kedalaman materi untuk materi gerak melingkar dan hukum tentang gravitasi.

1. Materi gerak melingkar

Gerak melingkar merupakan salah satu materi yang diajarkan pada tingkat SMA. Biasanya materi ini diajarkan pada kelas X. Adapun kompetensi dasar dari materi ini disajikan pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Taksonomi anderson dan pendekatan saintifik dari kompetensi dasar materi gerak melingkar
Kompetensi Dasar
Taksonomi Anderson &
Pendekatan Saintifik
3.6 Menganalisis besaran fisis pada gerak melingkar dengan laju konstan (tetap)  dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
TA: Analyzing (IV)
PS: Associating (III)

Kompetensi dasar merupakan tujuan pembelajaran, dan menjadi acuan dalam proses pembelajaran. Kompetensi dasar 3.6 merupakan kompetensi untuk pemahaman konsep. Jika kita bandingkan dengan taksonomi anderson, kompetensi tersebut sudah berada di level ke-4 yaitu analyzing, artinya peserta didik sudah mampu mengurai konsep-konsep yang disajikan oleh guru. Selain itu, pendekatan saintifik minimal harus mencapai proses associating.

2. Materi hukum tentang gravitasi

Hukum tentang gravitasi merupakan salah satu materi yang diajarkan pada tingkat SMA. Biasanya materi ini diajarkan pada kelas X. Adapun kompetensi dasar dari materi ini disajikan pada tabel 2.3.
Tabel 2.3 Taksonomi anderson dan pendekatan saintifik dari kompetensi dasar materi hukum tentang gravitasi
Kompetensi Dasar
Taksonomi Anderson &
Pendekatan Saintifik
3.8 Menganalisis keteraturan gerak planet dan satelit dalam tata surya berdasarkan hukum-hukum Newton.
TA: Analyzing (IV)
PS: Associating (III)

Kompetensi dasar 3.8 merupakan kompetensi untuk pemahaman konsep. Jika kita bandingkan dengan taksonomi anderson, kompetensi tersebut sudah berada di level ke-4 yaitu analyzing, artinya peserta didik sudah mampu mengurai konsep-konsep yang disajikan oleh guru. Selain itu, pendekatan saintifik minimal harus mencapai proses associating.

PENGUASAAN KONSEP 

Proses pembelajaran adalah proses penyampaian informasi yang dilakukan pendidik kepada peserta didik. Ketika belajar, guru menyampaikan informasi pertama berupa konsep yang harus dipahami dan dikuasai oleh siswa. Konsep adalah suatu gambaran mengenai ciri umum suatu objek, peristiwa, atau fenomena-fenomena (Gunawan, Harjono, & Sutrio, 2015). Dengan penyampaian yang baik, maka siswa akan menerima, memahami, dan menguasai informasi yang berupa konsep dengan baik.
Guru sering mengalami kesulitan dalam memvisualisasikan konsep fisika kepada siswa. Karakteristik konsep fisika yaitu tidak dapat dilihat oleh mata. Karenanya, sulit bagi siswa memahami konsep yang hanya diceritakan di depan kelas seperti dongeng sebelum tidur. Hal ini kemudian menghasilkan rendahnya penguasaan konsep dan perolehan hasil belajar siswa. (Gunawan, Harjono, & Sutrio, 2015)

Konsep penting untuk dipahami dan dikuasai siswa. Karena pemahaman dan penguasaan konsep akan membantu mereka memahami dan menyelesaikan soal-soal, ataupun menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya dalam kehidupan. Penguasaan konsep adalah cara memahami sesuatu yang sudah terpola dalam pikirannya yang diakses oleh simbol verbal atau tertulis. (Gunawan, Harjono, & Sutrio, 2015)

Tinggi rendahnya penguasaan konsep peserta didik dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari pribadi peserta didik. Sedangkan faktor eksternal berasal dari luar yang berpengaruh terhadap peserta didik. Kedua faktor mempengaruhi peserta didik dalam memahami konsep-konsep dalam pembelajaran.

FAKTOR INTERNAL YANG MEMPENGARUHI PENGUASAAN KONSEP PESERTA DIDIK 

Inti dari pelajaran fisika adalah konsep dan bukan rumus. Seperti hukum Newton, Archimedes dan hukum lainnya ditemukan dari fenomena alam. Karena fisika adalah cabang dari ilmu alam yang mempelajari unsur-unsur dasar pembentuk alam semesta, gaya-gaya yang bekerja di dalamnya, serta akibat yang timbul dari suatu fenomena. Jika pelajaran fisika tidak diminati, maka konsepnya pun juga tidak dapat dikuasai.

Minat belajar fisika dipengaruhi oleh motivasinya. Motivasi tinggi akan menghasilkan minat yang tinggi. Sebaliknya, motivasi rendah akan menghasilkan minat yang rendah. Tinggi rendahnya minat dan motivasi berpengaruh terhadap penguasaan konsep siswa. Menurut Sari, dkk (2016) terdapat pengaruh minat dan motivasi belajar terhadap penguasaan konsep siswa.

FAKTOR EKSTERNAL YANG MEMPENGARUHI PENGUASAAN KONSEP PESERTA DIDIK 

Cara mengajar guru mempengaruhi penguasaan konsep siswa. Seperti penggunaan metode ceramah yang bersifat teacher centre biasanya kurang efektif. Karena siswa tidak dilibatkan secara langsung dalam proses pembelajaran membuat siswa tidak merasakan pembelajaran yang berarti. Pembelajaran yang bersifat teacher centre menghasilkan penguasaan konsep dan penalaran peserta didik yang rendah. (Hermawanto, Kusairi, & Wartono, 2013)

Pelajaran fisika banyak mempelajari konsep yang abstrak. Seperti gaya yang bekerja pada suatu benda. Gaya-gaya tersebut tidak dapat dilihat oleh mata manusia. Akan tetapi akibat yang timbul dari gaya tersebutlah yang dapat dilihat. Sehingga dibutuhkan bantuan untuk menjelaskan konsep-konsep yang abstrak tersebut, salah satunya dengan teknologi. Teknologi sangat membantu siswa untuk memahami lebih baik konsep-konsep yang disampaikan oleh pendidik untuk mencapai tujuan pembelajaran. (Rosamsi, Miarsyah, & Ristanto, 2019)

Waktu pembelajaran juga mempengaruhi penguasaan konsep peserta didik. Waktu belajar yang tidak tepat seperti di akhir pelajaran sekolah akan berbeda hasilnya jika di awal sekolah. Karena waktu awal sekolah, siswa masih bersemangat. Sedangkan akhir sekolah, siswa sudah letih dan enggan untuk berpikir lebih keras. Sehingga pembelajaran fisika tidak cocok diajarkan di akhir pelajaran sekolah.

Waktu yang terbatas di sekolah tidak cukup membelajarkan semua konsep. Pemahaman dan penguasaan konsep membutuhkan waktu dan proses yang panjang. Dibutuhkan waktu yang banyak untuk siswa memahami dan menguasi konsep tersebut. Sehingga dibutuhkan waktu tambahan untuk siswa dapat memahami dan menguasai konsep secara komprehensif.

BLENDED LEARNING 

Blended learning saat ini tengah ramai dibicarakan karena proses pembelajaran di kelas yang membosankan. Di sekolah, guru menggunakan berbagai macam model pembelajaran tetapi keaktifan dan penguasaan konsep siswa masih rendah. Hal tersebut karena pembelajaran dinilai monoton dan penggunaan model tidak mampu mencuri perhatian siswa. Sehingga dibutuhkan teknik khusus dalam mengorganisasikan pengajaran dan penyampaian materi yang tepat, unik, dan memberikan kemudahan pada para siswa saat proses pembelajaran salah satunya dengan blended learning. (Wardani, Toenlioe, & Wedi, 2018)

Blended learning adalah suatu teknik yang memadukan pembelajaran tatap muka dan pembelajaran jarak jauh. Seperti pemanfaatan online chat group dan video call group. Pemanfaatan media tersebut efektif dalam mencuri perhatian siswa karena terbilang tidak biasa di kalangan lingkungan pendidikan. Selain itu, media tersebut menambah waktu pembelajaran yang terbatas di sekolah. Sehingga penggunaan teknologi informasi dan komunikasi sedang booming di dunia pendidikan internasional karena manfaatnya. (Hermawanto, Kusairi, & Wartono, 2013)

Penerapan blended learning pada proses pembelajaran membantu untuk peserta didik mengakomodasi gaya belajar mereka masing-masing. Seperti visual, audiotari, read, atau kinestetik. Penerapan Blended Learning dapat dijadikan sebagai strategi pengorganisasian pengajaran, penyampaian pengajaran, dan kualitas pengajaran. Blended learning mampu untuk mengakomodasi perkembangan teknologi yang luas di era 21 tanpa harus meninggalkan pembelajaran tatap muka (face-to-face). (Wardani, Toenlioe, & Wedi, 2018)

PEMBELAJARAN TATAP MUKA (FACE-TO-FACE LEARNING)

Pembelajaran tatap muka merupakan pembelajaran langsung oleh guru kepada siswa. Seperti pembelajaran yang biasa dilakukan di sekolah-sekolah. Hermawanto, dkk (2013) menjelaskan pembelajaran tatap muka berupa kegiatan pendahuluan terdapat motivasi dan apersepsi, dilanjutkan kegiatan inti model pembelajaran berbasis masalah, ditutup dengan evaluasi dan refleksi. Pembelajaran seperti ini berulangkali menghasilkan penguasaan konsep dan hasil belajar yang rendah. Sehingga dibutuhkan alternatif lain untuk mencapai tujuan pembelajaran.

PEMBELAJARAN JARAK JAUH (E-LEARNING) 

Pembelajaran jarak jauh merupakan inovasi dalam dunia pendidikan. Seperti aplikasi Google Classroom, Learning Managemen System moodle, Edmodo, dan lainnya merupakan contoh aplikasi yang dapat digunakan untuk pembelajaran jarak jauh. Aplikasi lain yang digunakan secara umum seperti WhatsApp, Instragram, dan Facebook juga dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran jarak jauh karena fiturnya yang lengkap. Aplikasi-aplikasi tersebut digunakan unuk memudahkan dan meningkatkan minat dalam pembelajaran. Dengan inovasi ini, pembelajaran menjadi semakin mudah dan menarik.

Pembelajaran jarak jauh dapat meningkatkan penguasaan konsep peserta didik. Adapun kelebihan pembelajaran jarak jauh ini menurut Herliana, dkk (2015) yaitu:
  1. peserta didik bebas memperlajari materi pelajaran secara mandiri dengan memanfaatkan search engine.
  2. peserta didik dapat berkomunikasi/berdiskusi jarak jauh dengan pendidik atau peserta didik lainnya.
  3. pembelajaran jarak jauh dapat dikelola dan dikontrol dengan baik oleh pendidik.
  4. pendidik dapat menambahkan materi pengayaan melalui fasilitas internet.
  5. pendidik dapat meminta peserta didik membaca materi atau mengerjakan tes yang dilakukan sebelum pembelajaran.
  6. pendidik dapat menyelenggarakan kuis, memberikan umpan balik, dan memanfaatkan hasil tes dengan efektif.
  7. peserta didik dapat saling berbagi file dengan peserta didik lainnya.

Kelebihan-kelebihan ini membuat pendidik tertarik menggunakan e-learning sebagai alternatif pencapaian tujuan pembelajar. Penguasaan konsep fisika peserta didik yang diajarkan melalui pembelajaran tatap muka dan jarak jauh lebih tinggi dibandingkan dengan peserta didik yang diajarkan melalui tatap muka saja. (Hermawanto, Kusairi, & Wartono, 2013)

INTERACTIVE MULTIMEDIA

Pelajaran fisika banyak mempelajari konsep yang abstrak. Seperti gaya yang bekerja pada suatu benda. Gaya-gaya tersebut tidak dapat dilihat oleh mata manusia. Akan tetapi akibat yang timbul dari gaya tersebutlah yang dapat dilihat. Perlu adanya bantuan untuk menjelaskan konsep-konsep yang abstrak tersebut. Hal ini dapat diwujudkan dengan bantuan animasi komputer karena animasi komputer dapat memvisualisasikan proses-proses abstrak yang mustahil dilihat atau dibayangkan. (Gunawan, Harjono, & Sutrio, 2015)

Multimedia terdiri dari berbagai jenis media untuk menyampaikan pesan/informasi kepada pengguna sesuai tujuan dan fungsinya. Terdapat beberapa komponen utama multimedia yang dirangkai dalam format digital yang disusun sedemikian rupa sehingga menarik dan memotivasi pengguna untuk belajar. Komponen-komponen tersebut adalah teks, gambar, audio, video, dan animasi. Satu komponen lagi bisa ditambahkan yaitu interaktif, sehingga multimedia bisa disebut sebagai multimedia interaktif. (Gunawan, Harjono, & Sutrio, 2015)

Penggunaan multimedia interaktif menjadi solusi untuk penjelasan konsep yang abstrak. Hal ini ditunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada konsep-konsep dasar setiap materi antara yang belajar menggunakan multimedia interaktif dengan yang tidak  (Gunawan, Harjono, & Sutrio, 2015). Karena pembelajaran menggunakan multimedia interaktif dapat merangsang pikiran, perasaan, minat, dan perhatian serta membantu peserta didik untuk mengingat kembali konsep dasar yang pernah diterima sebelumnya. Sehingga, pemahaman konsep dengan penggunaan multimedia interaktif menjadi lebih baik.

Multimedia interaktif merupakan suatu media yang dianggap efektif dalam meningkatkan penguasaan konsep. Salah satunya Flash. Flash merupakan media yang menyatukan teks, gambar, audio, video, dan animasi serta alat pengontrol yang dapat digunakan pengguna. Media ini, dapat menggambarkan konsep-konsep yang abstrak, sehinnga mempermudah peserta didik dalam memahami konsep. Rosamsi, dkk (2019) menyatakan bahwa penggunaan multimedia interaktif efektif meningkatkan penguasaan konsep peserta didik. Selain itu, penguasaan konsep listrik mahasiswa yang diajarkan dengan pembelajaran berbasis multimedia interaktif lebih tinggi 19,4% dibandingkan pembelajaran konvensional. (Gunawan, Harjono, & Sutrio, 2015)

VIRTUAL LABORATORY

Laboratorium merupakan unit penting dalam pembelajaran fisika, laboratorium  dapat membantu siswa untuk lebih memahami konsep fisika. Kegiatan laboratorium akan berlangsung dengan baik apabila ditunjang oleh sarana dan prasarana laboratorium, namun fakta yang ada alat-alat laboratorium di sekolah umumnya kurang atau bahkan tidak ada sama sekali, sehingga perlu diusahakan adanya pengunaan laboratorium virtual.

Laboratorium virtual atau virtual laboratory adalah sebuah simulasi komputer yang memungkinkan fungsi-fungsi penting dari laboratorium riil untuk dilaksanakan pada komputer. (Kusdiastuti, Harjono, Sahidu, & Gunawan, 2017)

Media laboratorium virtual adalah suatu media berbasis komputer berupa simulasi kegiatan laboratorium seperti halnya kegiatan eksperimen di laboratorium sebenarnya. (Sugiana, Harjono, Sahidu, & Gunawan, 2017)

Laboratorium virtual membantu meningkatkan penguasaan konsep siswa, laboratorium virtual  dapat menggantikan percobaan fisika yang  berbahaya  di lingkungan, alat  fisika yang mahal dan abstrak.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Berbantuan Laboratorium Virtual Terhadap Penguasaan Konsep Fisika Peserta Didik siswa MA DI Putri Nurul Hakim Kediri tahun akademik 2015/2016. Pemahaman konsep pengumpulan data menggunakan teknik tes berbentuk pilihan ganda. Hipotesis penelitian diuji dengan uji varian varians t-test dengan tingkat signifikansi 5% yaitu hipotesis yang tidak menunjukkan arah tertentu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan pemahaman konsep fisik siswa yang belajar dengan model inkuiri berbantuan media virtual lebih tinggi daripada yang tidak menggunakan model inkuiri berbantuan laboratorium virtual.

MIND MAPPING

Mind map adalah cara paling mudah untuk memasukan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi dari otak. Cara ini adalah cara efektif dan kreatif dalam membuat catatan. Peta pikiran merupakan alat yang paling hebat membantu otak berpikir teratur dan sederhana. Mind map menggunakan warna, memiliki struktur alami yang memancar dari pusat, menggunakan garis lengkung, simbol, kata, dan gambar yang sesuai dengan serangkaian aturan yang sederhana, mendasar, alami, dan sesuai dengan cara kerja otak. Dengan mind map, daftar infomasi yang panjang dapat menjadi diagram warna-warni, teratur, dan mudah diingat yang bekerja selaras dengan kerja alami otak dalam  melakukan berbagai hal.

Peta pikiran (mind map) merupakan suatu teknik mencatat yang mengembangkan gaya belajar visual. Peta pikiran memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat di dalam diri seseorang. Dengan adanya keterlibatan kedua belahan otak maka memudahkan seseorang untuk mengatur dan mengingat segala bentuk informasi, baik secara tertulis maupun verbal. Adanya kombinasi warna, simbol, bentuk dan sebagainya memudahkan otak dalam menyerap informai yang diterima. (Fauziah & Alatas, 2016)

Mind mapping adalah cara kreatif bagi peserta didik secara individual maupun kelompok untuk mencatat pelajaran dan menghasilkan ide-ide. Ide-ide yang dihasilkan akan dituangkan dalam bentuk peta pemikiran memungkinkan siswa untuk lebih mudah mengingat materi. Otak akan terlatih untuk berfikir secara teratur dan seimbang dengan menggunakan otak kiri dan  otak kanan. (Annisa, Subali, & Heryanto, 2018)

Penggunaan mind  mapping  dapat membantu siswa dalam penguasaan konsep, mind  maping dapat mengajak siswa untuk meningkatkan potensi pemikiran dengan  mengelompokkan konsep dan membaiki konsep kearah yang lebih relevan.

Penelitian menggunakan mind map untuk penguasaan konsep telah dilakukan sebelumnya yang berjudul Efektivitas Mind Map dan Pengetahuan Awal Terhadap Penguasaan Konsep Fisika Siswa SMA Pada Materi  Fluida. Penelitian ini bertujuan mengetahui efektivitas mind map dan pengetahuan awal fisika siswa terhadap penguasaan konsep siswa SMA pada materi fluida. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan penguasaan konsep siswa berpengetahuan awal tinggi dan rendah, penguasaan konsep siswa berpengetahuan awal tinggi yang belajar menggunakan mind map lebih tinggi daripada siswa berpengetahuan awal tinggi yang belajar menggunakan pembelajaran konvensional, dan penguasaan konsep siswa berpengetahuan awal rendah yang belajar menggunakan mind map lebih tinggi daripada siswa berpengetahuan awal rendah yang belajar menggunakan pembelajaran konvensional.

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa:
  1. Penggunaan blended learning yang memadukan face-to-face learning dan e-learning, dapat meningkatkan penguasaan konsep peserta didik.
  2. Pemanfaatan interactive multimedia yang memadukan teks, gambar, audio, video, dan animasi serta alat pengontrol, dapat meningkatkan penguasaan konsep peserta didik.
  3. Pemanfaatan virtual laboratory yang multirepresentatif untuk eksperimen, dapat meningkatkan  penguasaan konsep peserta didik.
  4. Penggunaan mind mapping yang kreatif, dapat meningkatkan penguasaan konsep peserta didik.

SARAN

Berdasarkan tinjauan literatur yang dilakukan, hal yang dapat disarankan yaitu terdapat empat cara yang efektif dalam meningkatkan penguasaan konsep peserta didik. Keempat cara tersebut adalah penggunaan blended learning, interactive multimedia, virtual laboratory, dan mind mapping. Karena teknik tersebut dapat memotivasi peserta didik dalam belajar. Dengan motivasi tinggi maka minta juga menjadi tinggi. Tingginya motivasi dan minat peserta didik, membuat mereka aktif dan bersemangat dalam pembelajaran. Selain itu, media tersebut dapat menjelaskan konsep-konsep fisika yang terbilang abstrak. Sehingga penyaluran informasi berupa konsep akan mudah diterima.

DAFTAR PUSTAKA

Annisa, R., Subali, B., & Heryanto, W. P. (2018). Peningkatan Daya Ingat dan Hasil Belajar Siswa dengan Mind Mapping Method pada Materi Listrik Dinamis. Jurnal Pendidikan, 19-23.

Fauziah, R., & Alatas, F. (2016). Pengaruh Lembar Kerja Siswa Berbasis Mind Map terhadap Hasil Belajar Siswa SMA pada Konsep Fluida Statis. Jurnal Edusains, 1-8.

Gunawan, G., Harjono, A., & Imran. (2016). Pengaruh Multimedia Interaktif dan Gaya Belajar terhadap Penguasaan Konsep Kalor Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 118-125.

Gunawan, Harjono, A., & Sutrio. (2015). Multimedia Interaktif dalam Pembelajaran Konsep Listrik Bagi Calon Guru. Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi, 9-14.

Herliana, F., Supriyati, Y., & Astra, I. M. (2015). Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Blended Learning dan Motivasi Belajar terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa SMA. Prosiding Seminar Nasional Fisika, 61-66.

Hermawanto, Kusairi, S., & Wartono. (2013). Pengaruh Blended Learning terhadap Penguasaan Konsep dan Penalaran Fisika Peserta Didik Kelas X. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 67-76.

Khan, F. M., & Masood, M. (2015). The effectiveness of an interactive multimedia courseware with cooperative mastery approach in enhancing higher order thinking skills in learning cellular respiration. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 977-984.

Kusdiastuti, M., Harjono, A., Sahidu, H., & Gunawan, G. (2017). Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Berbantuan Laboratorium Virtual terhadap Penguasaan Konsep Fisika Peserta Didik. Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi, 116-122.

Rosamsi, S., Miarsyah, M., & Ristanto, R. H. (2019). Interactive Multimedia Effectiveness in Improving Cell Concept Mastery. Journal of Biology Education, 56-61.

Sari, I. N., Saputri, D. F., & Sasmita. (2016). Pengaruh Minat dan Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Fisika pada Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Galing Kabupaten Sambas. Jurnal Edukasi Matematika dan Sains, 108-114.

Sugiana, I. N., Harjono, A., Sahidu, H., & Gunawan, G. (2017). Pengaruh Model Pembelajaran Generatif Berbantuan Media Laboratorium Virtual terhadap Penguasaan Konsep Fisika Siswa pada Materi Momentum dan Impuls. Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi, 61-65.

Wardani, D. N., Toenlioe, A. J., & Wedi, A. (2018). Daya Tarik Pembelajaran di Era 21 dengan Blended Learning. Jurnal Kajian Teknologi Pendidikan, 13-18.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Landasan Teori Perubahan Wujud Zat

Contoh Proposal Pengadaan Barang

RPP Kurikulum 2013 Suhu, Kalor, dan Perpindahan Kalor